KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb. Pertama kami panjatkan puja dan
puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat
dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat mengerjakan sekaligus
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Menciptakan Masyarakat yang Berakhlak
di Era Globalisasi”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah agama yang
dibimbing oleh Bp. Abdul Chalim S. Ag. M. Pd. I. dan kami berharap makalah ini
akan berguna bagi pembaca serta dapat memberikan saran yang membanguna untuk
mengembangkan isi makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar
Isi...........................................................................................................................
ii
BAB I : Pendahuluan
·
Latar
Belakang..................................................................................................... 1
·
Tujuan.................................................................................................................. 2
·
Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II : Pembahasan
A.
Pokok
Masalah
·
Dekadensi
Moral Masyarakat................................................................. 3
·
Hal-Hal
yang Mempengaruhi Dekadensi Moral Masyarakat................. 6
B.
Analisa
Masalah
·
Mengenal
Potensi Anak......................................................................... 7
·
Pendidikan
Agama................................................................................. 7
BAB III : Kesimpulan dan Saran
·
Kesimpulan......................................................................................................... 9
·
Saran................................................................................................................... 9
Daftar
Pustaka................................................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Fenomena pokok yang menjadi perhatian kehidupan dunia modern
diantaranya adalah Globalisasi budaya menyusul berbagai kemajuan yang telah
dicapai disektor teknologi informasi. Diperkirakan, dampak globalisasi suatu
negara akan menjadi topik menarik yang terus dikaji secara mendalam di era
mendatang. Pada era globalisasi ini, tak satu pun negara yang terbebaskan
secara mutlak dari dampak globalisasi dalam pergolakan internasional.
Lahirnya fasilitas dan sarana informasi, perluasan ide
post-modernisme, eskalasi bahaya lingkungan hidup, dan menipisnya batasan
sebuah negara, yang terakumulasi dalam globalisasi, kini menjadi topik yang
populer untuk dibahas. Kini berbagai budaya dan pemikiran dengan mudah dan
cepat tersebar di penjuru dunia, batasan geografis seakan tidak berfungsi lagi
sebagai tameng infiltrasi budaya asing.
Poin
menarik lainnya adalah budaya mana yang akan mendominasi peradaban budaya umat
manusia. Banyak yang berpendapat bahwa budaya Barat akan mendominasi dunia,
mengingat Barat mempunyai kekuatan ekonomi dan teknologi yang kuat. Akan tetapi
sejak jaman dahulu hingga saat ini tidak ada satu kebudayaan pun yang dapat
menghapus kebudayaan masyarakat lain. Keanekaragaman akan terus ada selagi
masih ada perbedaan ideologi, sejarah, lokasi, dan pengalaman setiap individu.
Menghadapi fenomena
globalisasi, umat Islam lebih dituntut menjaga dua poin yaitu, pengokohan
identitas dan reaksi timbal balik dengan fenomena tersebut. Selain itu, dunia
islam juga harus menjaga persatuan dan kekompakan guna menjalin kerja sama yang
erat diberbagai bidang. Tahap pengokohan identitas tersebut bukan berarti bahwa
dunia islam harus menutup semua budaya asing yang masuk, namun harus lebih
kolektif. Untuk poin kedua yaitu reaksi timbal balik dunia islam terhadap globalisasi.
Pada hakikatnya globalisasi adalah sarana yang baik dalam memperkenalkan budaya
dan ajaran islam ke penjuru dunia.
1.2
Tujuan
1.
Untuk membentuk
masyarakat yang berakhlak di era globalisasi mealui makalah ini.
2.
Untuk mengetahui
fungsi akhlak bagi kehidupan dalam era globalisasi.
1.3
Manfaat
Memberikan
wawasan pada pembaca mengenai manfaat dari menciptakan suatu masyarakat yang
berakhlak di era globalisasi ,agar orang muslim tidak terjerumus ke dalam
perbuatan-perbuatan tercela yang melanggar norma agama terutama agama islam
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak
berasal dari kata khuluq yang berarti “perangai atau tabiat, budi pekerti”.
Perumusan akhlak muncul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan antara
kholiq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk lainnya. Hal ini
dimungkinkan karena ketiganya mengandung unsur dan hubungan yang saling
berkaitan. Sedang ditinjau dari segi istilah, Ahmad Amin mengemukakan bahwa
akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seaharusnya dilakukan manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
POKOK
MASALAH
A. Dekadensi
Moral Masyarakat
Dalam
kehidupan yang serba modern sekarang tentu banyak kepentingan yang ada dalam
anggota masyarakat. Menghadapi tantangan kehidupan yang kian kompleks, dibutuhkan
suatu piranti atau bingkai kehidupan yang dapat menjadi pegangan normatif.
Salah satu hal yang dapat menjadi bingkai normatif kehidupan adalah pendidikan
akhlak. Dalam konteks itulah, pendidikan akhlak dipandang perlu dan memiliki
kedudukan yang strategis kini hingga masa mendatang.
Mewujudkan
masyarakat yang harmonis memerlukan aturan – aturan yang bersifat universal
yang dapat dipertanggung jawabkan secara illahi dan kemanusiaan. Dengan kata
lain, aturan tersebut haruslah sesuai dengan tuntutan zaman yang ada dan sesuai
kaidah agama islam. Disinilah letak urgensi pendidikan akhlak yaitu dalam merumusakan
pendidikan agar selalu pada jalur yang benar dan pada orientasi yang baik, dan
yang paling penting bagaimana mewujudkan masyarakat madani.
1. Perkembangan
Teknologi
Perkembangan tekhnologi dan ilmu pengetahuan adalah
salah satu penyebab yang membuat manusia menjadi semakin jauh dari nilai-nilai
dan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Fenomena ini dirasakan semakin
nyata, mengingat sumber teknologi dan iptek pada dasarnya berasal dari pola
akal manusia dengan tidak didasarkan pada normalitas. Di sini produk teknologi
dipandang sebagai sebuah hal yang diagungkan. Secara praksis produk-produk
teknologi tadi telah dengan sendirinya menjadi subyek dalam pola pembentukan
kepribadian manusia.
2. Perilaku
Menyimpang
Menurut Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang sebagai
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau
kelompok tertentu dalam masyarakat. Ukuran yang menjadi dasar adanya
penyimpangan baik atau buruk, benar atau salah menurut pengertian umum,
melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial suatu masyarakat.
Sementara ada beberapa factor yang mendasari munculnya perilaku menyimpang pada masyarakat, antara lain:
a. Sikap Mental yang tidak sehat
b. Dorongan kebutuhan ekonomi
c. Pelampiasan rasa kecewa
d. Pengaruh Lingkungan dan media massa
e. Keinginan dipuji atau gaya hidup tinggi
Sementara ada beberapa factor yang mendasari munculnya perilaku menyimpang pada masyarakat, antara lain:
a. Sikap Mental yang tidak sehat
b. Dorongan kebutuhan ekonomi
c. Pelampiasan rasa kecewa
d. Pengaruh Lingkungan dan media massa
e. Keinginan dipuji atau gaya hidup tinggi
Dalam pembahasan mengenai teori
perilaku menyimpang, maka yang perlu dicari tahu adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan? Berikut beberapa teori yang berkaitan dengan penyimpangan
sosial:
a.
Teori Differential Association
Menurut
pandangan teori ini penyimpangan sosial bersumber panda pergaulan yang berbeda.
Penyimpangan terjadi melaului proses alih budaya. Melalui proses ini seseorang
mempelajari suatu budaya menyimpang seperti, perilaku homoseksual, hubungan
seks pra nikah dan penyalahgunaan narkoba.
b.
Teori Labeling :
Menurut
Teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena prose labeling, pemberian
julukan, cap, etiket, dan merk yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang.
Awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer, misalnya, mencuri, menipu, dan
melanggar susila. Si peyimpang tersebut oleh masyarakat dijuluki pencuri,
penipu dan pemerkosa. Akibat julukan tersebut, maka si penyimpang akan
terdorong melakukan peyimpangan skunder (tahap lanjut), sehingga mulai menganut
gaya hidup menyimpang.
c. Teori Merton
Teori ini
mendasarkan sumber penyimpangan dari struktur sosial. Menurut Merton, struktur
sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan
perilaku menyimpang, pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan orang
tertentu kearah perilaku konformis. Artinya, terjadi perilaku menyimpang itu
sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.
d. Teori Fungsi
Durkheim
Dalam
pandangan teori ini bahwa keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota
masyarakat tidak mungkin terjadi. Itu disebabkan setiap individu berbeda satu
sama lainnya tergantung factor yang mempengaruhi, seperti factor keturunan,
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dengan demikian kejahatan itu akan
selalu ada, karena orang yang berwatak itu selalu ada. Bahkan menhurut Durkheim
kejahatn itu perlu, agar moralitas dan hukum itu berkembang secara formal.
e.
Teori Konflik
Penganjur
teori ini adalah Karl Mark, ia mengemukakan bahwa kejahatan erat terkait dengan
perkembangan kapitalisme. Menurut teori ini, apa yang meruapakan perilaku
meyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi
kepentingan mereka. Dengan demikian, peradilan pidanapun lebih memihak panda
kepentingan mereka. Oleh sebab itu, orang yang dianggap melakukan kejahatan dan
terkena hukuman pidana umumnya berada dari kalangan rakyat miskin.
B. Hal-hal yang Mempengaruhi Dekadensi Moral Masyarakat
Salah satu hal yang paling dijunjung dalam masyarakt adalah
akhlak. Secara kompleks akhlak senantiasa mengiringi setiap kepribadian
manusia. Di mana lewat akal budinya manusia dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap perilaku akhlak itu sendiri. Namun dalam kenyatannya akhlak atau moral
akhir-akhir ini cenderung lebih mengalami dekadensi.
Akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi sebab munculnya dekadensi moral tersebut, di antaranya:
1. Rendahnya rasa ke-Imanan Seseorang.
Akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi sebab munculnya dekadensi moral tersebut, di antaranya:
1. Rendahnya rasa ke-Imanan Seseorang.
Lemahnya iman merupakan pertanda dari kerendahan dan
rusaknya moral, ini disebabkan karena iman merupakan kekuatan (untuk membina
akhlak) dalam kehidupan seseorang.
2. Lingkungan
2. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat selain
orang tua dan keluarga bagi perilaku seseorang,
3. Kondisi tak Terduga
3. Kondisi tak Terduga
Terkadang seseorang secara tak terduga mendapati
kondisi yang menjadi sebab bagi berubahnya perilaku dan kehidupannya. Yang
tadinya baik tiba-tiba berubah menjadi buruk, jahat, tak bermoral dan
sebagainya. Di antara kondisi tak terduga tesebut adalah: Terisolasi dari
lingkungan, Kaya, Emisionalitas dan lain sebagainya.
4. Tabi’at (Watak Asli)
4. Tabi’at (Watak Asli)
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi’at/watak
asli yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain.
5. Rumah Tangga
5. Rumah Tangga
Jika sebuah rumah tangga penghuninya membiasakan
akhlak yang baik, maka seorang anak akan ikut terbiasa juga dengan akhlak tersebut,
begitu juga sebaliknya.
6. Kekerdilan Jiwa (Rendah Diri)
6. Kekerdilan Jiwa (Rendah Diri)
Ketika jiwa seseorang kerdil maka dia tidak mampu
untuk memenuhi berbagai macam hak dan kewajiban yang dibebankan kepadanya karena
merasa berat dengan itu semua
ANALISA MASALAH
A.
Mengenal Potensi Anak
Setiap anak
yang lahir dapat dipastikan membawa potensi yang berbeda-beda. Keberagaman
potensi ini datang dan berkembang seiring dengan proses perkembangan psykologi anak. Ia
adalah konsep pasif dengan ruang yang siap untuk diisi oleh berbagai system
pembentukan kepribadian. Karena itu konsep pembentukan kepribadian anak untuk
senantiasa berakhlak dan berbudi pekerti mulia, adalah tanggung jawab orang
tua, masyarakat dan lingkungannya.
Pengenalan
mengenai potensi anak sangatlah penting. Bakat yang terpendam seringkali
memberikan efek motorik pada anak. Dengan demikian anak akan senantiasa fokus
dalam proses pengembangan bakat dan potensi mereka. Guna mendukung hal
tersebut, maka faktor orang tua, keluarga dan lingkungan sangat diperlukan.
Di sini
sosialisasi dalam keluarga dapat berlangsung terus sampai anak dewasa.
Sosialialisasi orang tua terhadap anak tidak hanya terbatas pada pemenuhan
kebutuhan fisik semata, akan tetapi esensinya lebih dicenderungkan kepada
kebutuhan mentalnya, seperti kebutuhan kasih sayang, budi pekerti, sampai
kepada kebutuhan pengenalan potensi mereka.
B.
Pendidikan Agama
Salah satu media pembentuk karakter
anak selain orang tua dan keluarga adalah pendidikan formal, di mana lembaga
ini mempunyai andil yang sangat besar terhadap proses pembentukan karakter
nilai. Namun dalam perkembangannya, konsep ini cenderung mengeliminasi pertumbuhan
budi pekerti dan akhlak anak. Kepribadian seputar tata nilai justru bukanlah
menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Jika hal ini dibiarkan berlarut, maka
dalam proses perkembangannya anak akan menjadi pribadi yang pintar secara akal
dan cerdas secara logika tetapi tidak berbasic pada tata nilai dan budi
pekerti. Hal ini jelas tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk itu, guna memberikan arah kepada
rasionalitasnya, di sini pendidikan agama sangat diperlukan. Dengan pendidikan
agama, anak diharapkan mampu mengembangkan
pola pikir dan kecerdasannya dengan
tetap berpegang teguh pada sendi-sendi normalitas serta budi pekerti yang luhur.
Sebetulnya negara akan kuat berdiri
bukan karena teknologinya yang tinggi atau pembangunan ekonominya yang kuat.
Namun, sebuah negara akan berdiri jika akhlak manusia – manusia di dalamnya
mulia seperti akhlak islami.
Nabi Muahammad SAW, memperoleh
pujian dari Allah karena ketinggian akhlak islami yang dimilikinya. Beliau
diutus ke bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak”
(H.R.Ahmad)
Seorang sahabat yang mulia, Anas bin Malik ra,
mengatakan :
“Rasulullah
shallahu ‘allaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya” Hadis berikut juga menyatakan tentang akhlak
islami Raslullah.
“Belum
pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan
rasulullahu shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau
yang lebih wangi dari bau rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh
tahun saya melayani rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, belum pernah saya
dibentak atau ditegur perbuatan saya: mengapa engkau berbuat begini? Atau
mengapa engkau tidak mengerjakan itu?” (HR. Bukhari dan Muslim)
BAB
III
A. Kesimpulan
1.
Akhlak adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang harusnya dilakukan
manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan meraka, dan menunjukan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
2.
Macam-macam akhlak ada 2 yaitu akhlak
terpuji dan akhlak tercela
3.
Faktor-fator yang menyebabkan terjadinya
dekadensi moral adalah : perkembangan teknologi, pengaruh lingkungan, rendahnya
keimanan, kejadian tak terduga, rumah tangga, tabiat dll.
4.
Upaya meningkatkan akhlak remaja di era
globalisasi dengan adanya sosialisasi dan pendidikan agama sejak usia dini.
B. Saran
Pihak-pihak
terkait seperti Keluarga, Lingkungan, Guru Agama harus memberikan pendidikan
agama dan moral pada anak usia dini agar mereka dapat terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan seperti melakukan perbuatan tidak terpuji dan melakukan
hal-hal negative yang banyak berkembangan di masyarakat terutama dalam era
globalisasi ini yang tidak sesuai dengan norma-norma agama maupun norma-norma
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Heschel,
Abraham, God in Search of Man, New York, Harper Torchbooks, 1955.
http://www.rezaantonius.multiply.com/journal/item/76
http://www.rezaantonius.multiply.com/journal/item/76
Ilmu Pengetahuan
Sosial Terpadu Untuk SMP/MTs”, Swadaya Murni, Jakarta.
Umasih, Dwi Sukanti LN, Sri Yanti R, M. Yasin, Sri Ethicawati, ”IPS Terpadu untuk
SMP Kelas VIII”, Ganeca, Exact, Th.2007.
Umasih, Dwi Sukanti LN, Sri Yanti R, M. Yasin, Sri Ethicawati, ”IPS Terpadu untuk
SMP Kelas VIII”, Ganeca, Exact, Th.2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar