Jumat, 25 Oktober 2013

menciptakan masyarakat berakhlak



KATA PENGANTAR

            Assalamuallaikum Wr. Wb. Pertama kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT  atas rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat mengerjakan sekaligus menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Menciptakan Masyarakat yang Berakhlak di Era Globalisasi”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk  menyelesaikan tugas mata kuliah agama yang dibimbing oleh Bp. Abdul Chalim S. Ag. M. Pd. I. dan kami berharap makalah ini akan berguna bagi pembaca serta dapat memberikan saran yang membanguna untuk mengembangkan isi makalah ini.  

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................  i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan
·         Latar Belakang.....................................................................................................  1
·         Tujuan..................................................................................................................  2
·         Manfaat................................................................................................................  2
BAB II : Pembahasan
A.    Pokok Masalah
·         Dekadensi Moral Masyarakat.................................................................  3
·         Hal-Hal yang Mempengaruhi Dekadensi Moral Masyarakat.................  6
B.     Analisa Masalah
·         Mengenal Potensi Anak.........................................................................  7
·         Pendidikan Agama.................................................................................  7
BAB III : Kesimpulan dan Saran
·         Kesimpulan.........................................................................................................  9
·         Saran...................................................................................................................  9
Daftar Pustaka................................................................................................................ 10


BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
       Fenomena pokok yang menjadi perhatian kehidupan dunia modern diantaranya adalah Globalisasi budaya menyusul berbagai kemajuan yang telah dicapai disektor teknologi informasi. Diperkirakan, dampak globalisasi suatu negara akan menjadi topik menarik yang terus dikaji secara mendalam di era mendatang. Pada era globalisasi ini, tak satu pun negara yang terbebaskan secara mutlak dari dampak globalisasi dalam pergolakan internasional.

       Lahirnya fasilitas dan sarana informasi, perluasan ide post-modernisme, eskalasi bahaya lingkungan hidup, dan menipisnya batasan sebuah negara, yang terakumulasi dalam globalisasi, kini menjadi topik yang populer untuk dibahas. Kini berbagai budaya dan pemikiran dengan mudah dan cepat tersebar di penjuru dunia, batasan geografis seakan tidak berfungsi lagi sebagai tameng infiltrasi budaya asing.
        Poin menarik lainnya adalah budaya mana yang akan mendominasi peradaban budaya umat manusia. Banyak yang berpendapat bahwa budaya Barat akan mendominasi dunia, mengingat Barat mempunyai kekuatan ekonomi dan teknologi yang kuat. Akan tetapi sejak jaman dahulu hingga saat ini tidak ada satu kebudayaan pun yang dapat menghapus kebudayaan masyarakat lain. Keanekaragaman akan terus ada selagi masih ada perbedaan ideologi, sejarah, lokasi, dan pengalaman setiap individu.
        Menghadapi fenomena globalisasi, umat Islam lebih dituntut menjaga dua poin yaitu, pengokohan identitas dan reaksi timbal balik dengan fenomena tersebut. Selain itu, dunia islam juga harus menjaga persatuan dan kekompakan guna menjalin kerja sama yang erat diberbagai bidang. Tahap pengokohan identitas tersebut bukan berarti bahwa dunia islam harus menutup semua budaya asing yang masuk, namun harus lebih kolektif. Untuk poin kedua yaitu reaksi timbal balik dunia islam terhadap globalisasi. Pada hakikatnya globalisasi adalah sarana yang baik dalam memperkenalkan budaya dan ajaran islam ke penjuru dunia.

1.2      Tujuan
1.      Untuk membentuk masyarakat yang berakhlak di era globalisasi mealui makalah ini.
2.      Untuk mengetahui fungsi akhlak bagi kehidupan dalam era globalisasi.
1.3      Manfaat
                    Memberikan wawasan pada pembaca mengenai manfaat dari menciptakan suatu masyarakat yang berakhlak di era globalisasi ,agar orang muslim tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan tercela yang melanggar norma agama terutama agama islam

BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak berasal dari kata khuluq yang berarti “perangai atau tabiat, budi pekerti”. Perumusan akhlak muncul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan antara kholiq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk lainnya. Hal ini dimungkinkan karena ketiganya mengandung unsur dan hubungan yang saling berkaitan. Sedang ditinjau dari segi istilah, Ahmad Amin mengemukakan bahwa akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seaharusnya dilakukan manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

POKOK MASALAH
A. Dekadensi Moral Masyarakat
Dalam kehidupan yang serba modern sekarang tentu banyak kepentingan yang ada dalam anggota masyarakat. Menghadapi tantangan kehidupan yang kian kompleks, dibutuhkan suatu piranti atau bingkai kehidupan yang dapat menjadi pegangan normatif. Salah satu hal yang dapat menjadi bingkai normatif kehidupan adalah pendidikan akhlak. Dalam konteks itulah, pendidikan akhlak dipandang perlu dan memiliki kedudukan yang strategis kini hingga masa mendatang.
Mewujudkan masyarakat yang harmonis memerlukan aturan – aturan yang bersifat universal yang dapat dipertanggung jawabkan secara illahi dan kemanusiaan. Dengan kata lain, aturan tersebut haruslah sesuai dengan tuntutan zaman yang ada dan sesuai kaidah agama islam. Disinilah letak urgensi pendidikan akhlak yaitu dalam merumusakan pendidikan agar selalu pada jalur yang benar dan pada orientasi yang baik, dan yang paling penting bagaimana mewujudkan masyarakat madani.

1.      Perkembangan Teknologi
Perkembangan tekhnologi dan ilmu pengetahuan adalah salah satu penyebab yang membuat manusia menjadi semakin jauh dari nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Fenomena ini dirasakan semakin nyata, mengingat sumber teknologi dan iptek pada dasarnya berasal dari pola akal manusia dengan tidak didasarkan pada normalitas. Di sini produk teknologi dipandang sebagai sebuah hal yang diagungkan. Secara praksis produk-produk teknologi tadi telah dengan sendirinya menjadi subyek dalam pola pembentukan kepribadian manusia.

2.      Perilaku Menyimpang
Menurut Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Ukuran yang menjadi dasar adanya penyimpangan baik atau buruk, benar atau salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial suatu masyarakat.
Sementara ada beberapa factor yang mendasari munculnya perilaku menyimpang pada masyarakat, antara lain:
a. Sikap Mental yang tidak sehat
b. Dorongan kebutuhan ekonomi
c. Pelampiasan rasa kecewa
d. Pengaruh Lingkungan dan media massa
e. Keinginan dipuji atau gaya hidup tinggi
Dalam pembahasan mengenai teori perilaku menyimpang, maka yang perlu dicari tahu adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan? Berikut beberapa teori yang berkaitan dengan penyimpangan sosial:
a.      Teori Differential Association
Menurut pandangan teori ini penyimpangan sosial bersumber panda pergaulan yang berbeda. Penyimpangan terjadi melaului proses alih budaya. Melalui proses ini seseorang mempelajari suatu budaya menyimpang seperti, perilaku homoseksual, hubungan seks pra nikah dan penyalahgunaan narkoba.

b.      Teori Labeling :
Menurut Teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena prose labeling, pemberian julukan, cap, etiket, dan merk yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang. Awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer, misalnya, mencuri, menipu, dan melanggar susila. Si peyimpang tersebut oleh masyarakat dijuluki pencuri, penipu dan pemerkosa. Akibat julukan tersebut, maka si penyimpang akan terdorong melakukan peyimpangan skunder (tahap lanjut), sehingga mulai menganut gaya hidup menyimpang.

c.        Teori Merton
Teori ini mendasarkan sumber penyimpangan dari struktur sosial. Menurut Merton, struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan perilaku menyimpang, pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan orang tertentu kearah perilaku konformis. Artinya, terjadi perilaku menyimpang itu sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.

d.      Teori Fungsi Durkheim
Dalam pandangan teori ini bahwa keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak mungkin terjadi. Itu disebabkan setiap individu berbeda satu sama lainnya tergantung factor yang mempengaruhi, seperti factor keturunan, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dengan demikian kejahatan itu akan selalu ada, karena orang yang berwatak itu selalu ada. Bahkan menhurut Durkheim kejahatn itu perlu, agar moralitas dan hukum itu berkembang secara formal.

e.      Teori Konflik
Penganjur teori ini adalah Karl Mark, ia mengemukakan bahwa kejahatan erat terkait dengan perkembangan kapitalisme. Menurut teori ini, apa yang meruapakan perilaku meyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. Dengan demikian, peradilan pidanapun lebih memihak panda kepentingan mereka. Oleh sebab itu, orang yang dianggap melakukan kejahatan dan terkena hukuman pidana umumnya berada dari kalangan rakyat miskin.

B. Hal-hal yang Mempengaruhi Dekadensi Moral Masyarakat

Salah satu hal yang paling dijunjung dalam masyarakt adalah akhlak. Secara kompleks akhlak senantiasa mengiringi setiap kepribadian manusia. Di mana lewat akal budinya manusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap perilaku akhlak itu sendiri. Namun dalam kenyatannya akhlak atau moral akhir-akhir ini cenderung lebih mengalami dekadensi.

Akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi sebab munculnya dekadensi moral tersebut, di antaranya:
1. Rendahnya rasa ke-Imanan Seseorang.
Lemahnya iman merupakan pertanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan karena iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
2. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat selain orang tua dan keluarga bagi perilaku seseorang,
3. Kondisi tak Terduga
Terkadang seseorang secara tak terduga mendapati kondisi yang menjadi sebab bagi berubahnya perilaku dan kehidupannya. Yang tadinya baik tiba-tiba berubah menjadi buruk, jahat, tak bermoral dan sebagainya. Di antara kondisi tak terduga tesebut adalah: Terisolasi dari lingkungan, Kaya, Emisionalitas dan lain sebagainya.
4. Tabi’at (Watak Asli)
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi’at/watak asli yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain.
5. Rumah Tangga
Jika sebuah rumah tangga penghuninya membiasakan akhlak yang baik, maka seorang anak akan ikut terbiasa juga dengan akhlak tersebut, begitu juga sebaliknya.
6. Kekerdilan Jiwa (Rendah Diri)
Ketika jiwa seseorang kerdil maka dia tidak mampu untuk memenuhi berbagai macam hak dan kewajiban yang dibebankan kepadanya karena merasa berat dengan itu semua

ANALISA MASALAH
A.    Mengenal Potensi Anak
Setiap anak yang lahir dapat dipastikan membawa potensi yang berbeda-beda. Keberagaman potensi ini datang dan berkembang seiring dengan proses perkembangan psykologi anak. Ia adalah konsep pasif dengan ruang yang siap untuk diisi oleh berbagai system pembentukan kepribadian. Karena itu konsep pembentukan kepribadian anak untuk senantiasa berakhlak dan berbudi pekerti mulia, adalah tanggung jawab orang tua, masyarakat dan lingkungannya.
Pengenalan mengenai potensi anak sangatlah penting. Bakat yang terpendam seringkali memberikan efek motorik pada anak. Dengan demikian anak akan senantiasa fokus dalam proses pengembangan bakat dan potensi mereka. Guna mendukung hal tersebut, maka faktor orang tua, keluarga dan lingkungan sangat diperlukan.
Di sini sosialisasi dalam keluarga dapat berlangsung terus sampai anak dewasa. Sosialialisasi orang tua terhadap anak tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan fisik semata, akan tetapi esensinya lebih dicenderungkan kepada kebutuhan mentalnya, seperti kebutuhan kasih sayang, budi pekerti, sampai kepada kebutuhan pengenalan potensi mereka.

B.    Pendidikan Agama

Salah satu media pembentuk karakter anak selain orang tua dan keluarga adalah pendidikan formal, di mana lembaga ini mempunyai andil yang sangat besar terhadap proses pembentukan karakter nilai. Namun dalam perkembangannya, konsep ini cenderung mengeliminasi pertumbuhan budi pekerti dan akhlak anak. Kepribadian seputar tata nilai justru bukanlah menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Jika hal ini dibiarkan berlarut, maka dalam proses perkembangannya anak akan menjadi pribadi yang pintar secara akal dan cerdas secara logika tetapi tidak berbasic pada tata nilai dan budi pekerti. Hal ini jelas tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
 Untuk itu, guna memberikan arah kepada rasionalitasnya, di sini pendidikan agama sangat diperlukan. Dengan pendidikan agama, anak diharapkan mampu mengembangkan
pola pikir dan kecerdasannya dengan tetap berpegang teguh pada sendi-sendi normalitas serta budi pekerti yang luhur.
Sebetulnya negara akan kuat berdiri bukan karena teknologinya yang tinggi atau pembangunan ekonominya yang kuat. Namun, sebuah negara akan berdiri jika akhlak manusia – manusia di dalamnya mulia seperti akhlak islami.
Nabi Muahammad SAW, memperoleh pujian dari Allah karena ketinggian akhlak islami yang dimilikinya. Beliau diutus ke bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak” (H.R.Ahmad)
Seorang sahabat yang mulia, Anas bin Malik ra, mengatakan :
Rasulullah shallahu ‘allaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya  Hadis berikut juga menyatakan tentang akhlak islami Raslullah.
“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullahu shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya: mengapa engkau berbuat begini? Atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu?” (HR. Bukhari dan Muslim)

BAB III
A.  Kesimpulan
1.    Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang harusnya dilakukan manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan meraka, dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
2.    Macam-macam akhlak ada 2 yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela
3.    Faktor-fator yang menyebabkan terjadinya dekadensi moral adalah : perkembangan teknologi, pengaruh lingkungan, rendahnya keimanan, kejadian tak terduga, rumah tangga, tabiat dll.
4.    Upaya meningkatkan akhlak remaja di era globalisasi dengan adanya sosialisasi dan pendidikan agama sejak usia dini.

B.  Saran
Pihak-pihak terkait seperti Keluarga, Lingkungan, Guru Agama harus memberikan pendidikan agama dan moral pada anak usia dini agar mereka dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti melakukan perbuatan tidak terpuji dan melakukan hal-hal negative yang banyak berkembangan di masyarakat terutama dalam era globalisasi ini yang tidak sesuai dengan norma-norma agama maupun norma-norma sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Heschel, Abraham, God in Search of Man, New York, Harper Torchbooks, 1955.

http://www.rezaantonius.multiply.com/journal/item/76
Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Untuk SMP/MTs”, Swadaya Murni, Jakarta.

Umasih, Dwi Sukanti LN, Sri Yanti R, M. Yasin, Sri Ethicawati, ”IPS Terpadu untuk
SMP Kelas VIII”, Ganeca, Exact, Th.2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar