MEKANIKA TANAH I
LAPORAN
LABORATORIUM TANAH
Disusun
Oleh :
1. Aozy Muttaqi 1331310046
2. Firman Rahmadian Sjach 1331310100
3. M.Rizky Abdulloh 1331310029
4. Muhammad Subhanus Syifak 1331310008
5. Qoriatu Toyyibatul Jannah 1331310080
6. Redy Teguh Maulana 1331310114
Dosen Pembimbing :
Dandung Novianto, ST,. MT
NIP.196411051990031003
JURUSAN
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2013/2014
BAB I : PENGAMBILAN SAMPEL TANAH
PENGAMBILAN
SAMPEL TANAH
(SOIL SAMPLING)
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan kegiatan pengambilan sampel tanah, baik yang asli maupun
terganggu sesuai prosedur yang benardandapat mengumpulkan berbagai informasi serta
menggambarkannyadalam grafik mengenai hubungan
antara perubahan kadar air alami terhadap kedalaman.
1.1 PENDAHULUAN
Pengambilan sampel tanah merupakan
kegiatan yang paling awal dilakukan dalam pelaksanaan praktikum Laboratorium
Uji Tanah (LUT) yang dimaksudkan untuk mendapatkan sampel tanah, baik yang asli
(undisturbed) maupun terganggu (disturbed). Sampel tanah tersebut
nantinya akan digunakan dalam pengujian-pengujian selanjutnya
dilaboratorium.
Sampel tanah asli
dapat diperoleh dengan menggunakan tabung sampel
(tube sampler) atau tabung sampel
belah (split spoon sampler) untuk mengambil tanah dari dasar lubang bor yang telah dibuat sebelumnya
melalui pemboran dangkal/tangan (shallow/hand boring), ataupun sampeltanah berbentuk kubus (block samples) yang
diambil dari dalam lubang galian/sumur uji (test
pit). Tidak termasuk dalam kegiatan ini adalah pengambilan sampeltanah
melalui pemboran dalam (deep boring)
dengan menggunakan bor mesin (boring
machine).
Selain itu,
melalui kegiatan ini dapat pula dibuat deskripsi
susunan lapisan tanah dan diketahui
tinggi muka air tanah setempat.
1.2 PERALATAN
1.2.1 Sumur Uji (Test Pit)
1. Peralatan untuk menggali (cangkul, sekop,
ganco, linggis, dll.)
2. Sendok spesi, spatula besar dan alat-alat yang
sejenis
3. Rol meter, palu 5kg dan balok kayu berukuran (4x6x60)cm
4. Tabung sampeltanah dengan tutup
5. Cawan (container) untuk penentuan kadar
air
6. Tempat untuk sampel tanah terganggu (karung/tas
plastik)
7. Kotak yang tebuat dari kayu berukuran (20x20x20)cm
serta lembaran plastik secukupnya untuk pengambilan sampel tanah asli.
1.3 PROSEDUR PENGUJIAN
1.3.1 Sumur Uji (Test Pit)
1. Menentukan lokasi yang akan diambil
sampel tanah serta bersihkan per-mukaannya dari rerumputan atau
benda-benda lainnya
2. Membuat lubang dengan ukuran (100x100x100)cm
atau dengan ukuran lain sesuai petunjuk instruktur
3. Menyisakan
tanah berbentuk kubus dengan ukuran (20x20x20) cmpada dasar galian mulai dikedalaman 100cm, atau mengambil
sampel tanah asli dengan menggunakan tabung sampel tanah,tiap kelompokminimal 3 (tiga) tabung sampel tanah
4. Membungkus tanah asli tersebut dengan
aluminium foil atau plastik, bila pengambilannya dengan tabung sampel
tanah maka tabung sampel tanah dapat ditutup dengan plastik atau menggunakan
malam/parafin,serta mengambil sampel tanah setiap kedalaman 50cm atau setiap
terdapat perubahan lapisan tanah untuk mengetahui kadar airnya
5. Memberi label identifikasi agar tidak
tertukar bila sampel tanah lebih dari satu sertamenyimpan sampel tanah tersebut
ditempat yang teduh.
1.4 PELAPORAN
Semua data yang yang dijumpai selama pelaksanaan kegiatan,
harus dicatat langsung dilapangan pada profil sumur uji maupun profil bor, yang
meliputi :
1. Tanggal mulai dan selesainya kegiatan
2. Identifikasi/kode dari sumur uji/pemboran dangkal
3. Referensi lokasi dan ketinggian titik-titik pengujian terhadap
titik-titik tetap terdekat
4. Ketinggian muka air tanah
5. Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan
BAB II : KADAR AIR TANAH
KADAR AIR TANAH (WATER CONTENT)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujian penentuan kadar air dengan prosedur yang benar,
dapat melakukan perhitungan kadar air serta dapat menggunakannya dalam
perhitungan-perhitungan untuk pengujian yang lain.
2.1 PENDAHULUAN
Kadar air
tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam masa tanah
terhadap berat butiran padat (tanah kering) dan dinyatakan dalam prosen.
Kadar air tanah merupakan
salah satu parameter tanah yang penting untuk menentukan korelasi antara
perilaku tanah dengan sifat-sifat fisiknya. Oleh sebab
itu, pengujian atas kadar airtanah ini merupakan
salah satu pengujian yang selalu dilakukan setiap penyelidikan
tanah.
Pengujian menggunakan metode kering oven (oven
drying method), yaitu memanaskan benda
uji pada suhu (110±5)ºC selama 16 s/d 24 jam.
Pada keadaan khusus apabila
tanah yang diuji berupa jenis lempung dari mineral monmorolinote/holosite, gypsum
atau bahan-bahan organik (misalnya tanah gambut), maka suhu pengeringan
maksimum dibatasi sampai 60ºC dengan waktu pengeringan yang lebih lama.
Penentuan kadar air tanah sedapat mungkin dilakukan
segera setelah penyiapan benda uji, terutama bila cawan yang digunakan mudah
berkarat.
2.2 PERALATAN
1. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda uji
sampai (110±5 )ºC
2. Cawan dengan penutup dan tak berkarat (terbuat dari gelas/alumunium).
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01;0,1;1 gram (lihat Tabel 2.1)
4. Desikator, berisi selica gel
5. Penjepit (Crubicle tongs)
2.3 BENDA UJI
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pengujiankadar air tergantung pada
ukuran butir maksimum dari sampeltanah yang
diperiksa dengan ketelitian seperti dibawah ini.
Tabel 2.1 Saran penggunaan timbangan berdasarkan
ukuran butiran
Ukuran butir maksimum lolos ayakan (95-100%)
|
Berat benda uji yang disarankan
|
Ketelitian timbangan
|
||
Lolos #
40 (0,420 mm)
|
10 s/d 50
|
gram
|
0,01
|
Gram
|
Lolos # 4
(4,75 mm)
|
100
|
gram
|
0,01
|
Gram
|
12,5mm
|
300
|
gram
|
0,1
|
Gram
|
50,0mm
|
1000
|
gram
|
1
|
Gram
|
2.4 PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menyiapkan benda uji yang mewakili sampel
tanah untuk diperiksa
2. Menempatkan dalam cawan yang bersih dan
kering,kemudian menimbangnya (benda uji basah + cawan = W1)
2. Meletakkan cawan tersebut dalam oven dengan
suhu (110±5)ºC minimum 16 jam (atau sampai beratnya konstan)
3. Mengambil cawan dan benda uji yang telah
dikeringkan, kemudian menaruhnya dalam desikator yang berisi selica gel untuk
didinginkan
4. Menimbang cawan beserta isinya (benda uji
kering + cawan = W2)
5. Membersihkan danmengeringkan serta menimbang
cawan tersebut (W3)
2.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :
..................................... (2.1)
dengan :
Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan = W3 gram
Berat air (Ww) = (W1 – W2) gram
Berat tanah kering (Ws) = (W2 – W3) gram
Contoh perhitungan :
W1= 48.44 gram Ww = 7.99 gram
W2= 40.45 gram Ws = 30.67 gram
W3= 9.78 gram
Pada Benda Uji 1
Jadi BU1 (w) = 26,05 %
BU2 (w) = 22,04
%
Jadi
kadar air rata-rata = 24,84
|
BU4 (w) = 27,15
%
BU5 (w) = 26,91
%
BU6 (w) = 20,58
%
2.6 KESIMPULAN
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kadar air merupakan sebuah nilai yang menyatakan
kandungan air dalam suatu tanah, pada contoh tanah yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki kandungan air sebesar 26,05%.
BAB III : BERAT ISI TANAH
BERAT ISI TANAH
(Unit Weight of Soil)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujianpenentuan berat isi menggunakan silinder tipis
dengan prosedur yang benar, dapat meng-hitung besarnya nilai berat isi, serta
dapat membuat benda uji buatan (remoulded samples).
3.1 PENDAHULUAN
Berat isi dari suatu masa tanah adalah perbandingan
antara berat total tanah terhadap isi/volume
total tanah yang dinyatakan
dalam notasi γwet(gram/cm³).
Seperti halnya kadar air tanah, berat isi tanah juga
merupakan sifat fisik tanah yang pentingsehinggapengujiannya dilakukan secara rutin bersama-sama
dengan pengujian lainnya dilaboratorium.
Pelaksanaan pengujian ini menggunakan metoda silinder
tipis yang dimasukkan kedalam tanah (drive cylinder method) sehingga
tidak dapat dilakukan pada jenis tanah berpasir lepas atau terdapat banyak
kerikil.
Sementara itu dalam pengujian pemadatan tanah
dilaboratorium atau penentuan kepadatan tanah dilapangan, berat isi tanah
dinyatakan dalam berat isi tanah keringγdry, yaitu perbandingan
antara berat butir tanah terhadap volume total tanah.
Jika tidak
didapatkan benda uji yang asli, maka dapat diganti dengan benda uji buatan (remoulded
samples) dengan mempertahankan berat isi dan kadar air yang sesuai
dengan keadaan aslinya.
3.2 PERALATAN
1. Cincin (ring) besar/kecil
2. Jangka sorong
3. Pisau/spatula
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
3.3 PROSEDUR PENGUJIAN
1. Membersihkan dan mengukur volume ring
besar/kecil (V) serta menimbang beratnya (W1)
2. Meletakkan bagian ringyang tajam ke permukaan
tanah dan menekannya dengan hati-hati sampai tanahnya masuk seluruhnya kedalam
cincin
3. Memotong dan meratakan kedua sisiringdengan
pisau dan mengusahakan agar tidak sampai berlubang pada kedua sisi ring
tersebut
4. Bila ada sedikit lubang makamenambalnya dengan
tanah yang sama
5. Membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel
pada bagian luar ring kemudian menimbang ring yang berisi tanah (W2).
3.4 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Berat isi tanah dapat
dihitung sebagai berikut :
.................. (3.1)
......................... (3.2)
dengan :
Berat Ring = W1 gram
Berat Ring + Tanah
= W2 gram
Volume Ring = V cm³
Kadar air = w %
Contoh
perhitungan :
Pada benda uji 1:
W1 = 39,65 gram V
= .p.D2.t = 27,02 cm³
W2 = 89,78 gram γt=
Wt ÷ V = 1,85gram/cm³
D = 3,66 cm γdry = γt ÷ (1 + w) =
1,49gram/cm³
Wt =
50,13 gram w =
24,84%
T = 2,57 cm
=
= 1,85
gram/cm3
=
=1,49 gram/cm3
3.5 KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berat
isi tanah adalah perbandingan antara berat total tanah terhadap isi/volume total tanah, pada contoh tanah ke-1 yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki berat isi tanah
sebesar 1,85 gram/cm3
BAB IV
BERAT JENIS TANAH
(SPECIFIC
GRAVITY of Soil)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat menentukan nilai berat jenis (Gs) tanah
berbutir halus di laboratorium dengan prosedur yang benar,dapat menggunakan nilai Gs yang diperoleh untuk
menghitung besaran sifat-sifat fisik tanah penting lainnya.
4.1 PENDAHULUAN
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir
tanah (Ws) denganberatair(Ww)yangmempunyaivolume(V)samapadatemperatur
tertentu.
Berat jenis tanah diperlukan untuk
menghitung indek propertis tanah(misalnya: angka pori (e), berat isi tanah (γt), derajat
kejenuhan (Sr) dan karakteristik pemampatan
(Cc, Cr, Cv)
serta sifat-sifatpentingtanahlainnya.Selain
itu dari nilai berat jenis dapat pula ditentukan sifat tanah secara umum
misalnya : tanah organik mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan adanya
kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi) ditunjukkan dari berat jenis
tanah yang besar.
Pengujianberat jenis tanah ini
dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah untuk ukuran butiran tanah yang
lolos ayakan No.4 (4,75mm),
dengan menggunakan piknometer.Apabila nilai Gs akan digunakan dalam perhitungan pada
pengujian hidrometer, maka benda uji yang dipakai adalah yang lolos ayakan
No.10 (2,00mm).
4.2 PERALATAN
1. Piknometer
dengan kapasitas 50ml dan 100ml
2. Timbangan
dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram
3. Desikator
4. Oven
dengan pengatur suhu (110±5)°C
5. Thermometer
ukuran 0– 50°C
dengan ketelitian pembacaan1°C
6. Ayakan
nomor saringan #4, #10,
40#
7. Tungku
listrik (hot plate)
8. Bak
rendaman dengan pengatur suhu (constant
temperature bath)
9. Air
suling.
4.3 BENDA UJI
1. Sampel tanah diambil antara 50– 100gram, kemudian dikeringkan dalam oven dengan temperatur
(110±5)°C
2. Setelah
kering, sampel tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam desikator
3. Sampel
tanah diayak melalui ayakan No.4 (4,75mm) dan atau No.10 (200mm), kemudian menyiapkan
benda uji sebanyak ±10gram apabila
menggunakanpiknometer50mlatau±25gramapabilamenggunakan
piknometer 100ml, masing-masing sebanyak 3 sampel.
4.4 PROSEDUR PENGUJIAN
1. Mengambil 3 piknometer kapasitas 50ml atau
100ml, mencucinya dengan air bersih kemudian mengeringkannya dalam oven. Mengeluarkan
dan mendinginkannya dalam desikator, kemudian menimbangnya beserta tutupnya (W1)
2. Memasukkan
sampel tanah yang sudah disiapkan ±10gram atau ±25gram untuk tiap-tiap
piknometer. Kemudian menimbangnya beserta tutupnya (W2) dengan
ketelitian 0,001 dan 0,01gram
3. Menambahkan
air suling pada piknometer sampai sampel tanah terendam, kemudian memanaskannya
diatas tungku pemanas (hotplate), agar udara yang terkandung dalam tanah
bisa keluar diselingi menkocok piknometer dengan hati-hati supayamempercepatproses
pengeluaran udara tersebut. Mengambil piknometer bila gelembungudara sudah
tidak tampak lagi, kemudian medinginkannya didalam desikator
4. Mengambil
piknometer dari desikator dan tambahkan dengan air suling sampai penuh kemudian
menempatkannya pada bak pengatur suhu (constant temperature bath),
sehingga isi piknometer mempunyai suhu yang sama (constant). Setelah
suhu konstan, menambahkan air suling lagi sampai penuh dan menutup piknometer
tersebut. Mengeringkan bagian luar dan menimbang beratnya (W3)
5. Membersihkan
piknometer, kemudian mengisinya dengan air suling sampai penuh dan memasukannya
pada bak pengatur suhu. Setelah
suhu konstan, mengeringkan bagian luar piknometer dan menimbangnyabeserta
tutupnya (W4)
4.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
4.5.1 Kalibrasi Piknometer
1. Membersihkan, mengeringkan, menimbang dan
mencatat piknometer beserta tutupnya (W1)
2. Mengisi piknometer dengan air suling dan memasukkannya
kedalam bak pengatur suhu (constant temperatur bath) 25°C. Memasang tutup piknometer setelah isi piknometer sudah mencapai suhu 25°, kemudian mengeringkan bagian luar piknometer sertamenimbang piknometer
beserta isinya dan tutupnya (W25)
3. Menyusun tabel nilai W5 untuk
urutan suhu antara 18°C sampai 31°C dari nilai W25 yang ditentukan
Harga W5dihitung
sebagai berikut :
W5 =W25
X k
dengan
:
W5 = Berat piknometer + air + tutup setelah
dikoreksi
W25 = Berat
piknometer + air + tutup pada suhu25°C.
K = Faktor
koreksi terhadap suhu (Tabel 4.1)
Tabel 4.1Faktor koreksi terhadap suhu
T (Suhu)
|
Faktor koreksi K |
T (Suhu)
|
Faktor koreksi K |
18
19
20
21
22
23
24
|
1,0016
1,0014
1,0012
1,0010
1,0007
1,0005
1,0003
|
25
26
27
28
29
30
31
|
1,0000
0,9997
0,9995
0,9992
0,9989
0,9986
0,9983
|
4.5.2 PerhitunganBerat Jenis Tanah
Berikut rumus
untuk perhitungan berat jenis tanah :
..................................................... (4.1)
dengan :
Gs =
Berat jenis tanah
GL = Berat jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer
+ tutup
W2 = Berat piknometer
+ sampel tanah + tutup
W3 = Berat piknometer
+ sampel tanah + air + tutup
W5 = Berat piknometer
+ air + tutup setelah dikoreksi
Ø Contoh
Perhitungan :
Pada benda uji 1
:
W1 = 35,37 gram W4 =
92,26 gram
W2 = 45,53 gram K =
0,9986
Wt = W2-W1 = 10,16 gram Co = 30 Co
W3 = 98,81 gram W5 = 92,13 gram
Berikut rumus untuk perhitungan berat
jenis tanah :
Gs =
= 2,92
4.5.3 Pengambilan Hasil Rata-RataBerat Jenis Tanah
Mengambil harga rata-rata dari hasil ketigapengujian
tersebut dalam 2 (dua) angka dibelakang koma.
4.5.4 Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Berat jenis tanah (Gs)
adalah perbandingan antara berat butir tanah (Ws) denganberatair (Ww) yang mempunyai volume (V) sama pada temperatur tertentu, pada contoh tanah ke-1 yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki berat jenis
tanah sebesar 2,92 gram/cm3.
BAB V : BATAS-BATAS ATTERBERG
BATAS-BATAS ATTERBERG
(ATTERBERG
LIMITS)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan salah satu cara pengujian konsistensi tanah dengan prosedur
yang benar, dapat menentukan harga-harga batas cairdan batas
plastis serta menggambarkan grafik untuk batas cair dengan benar.
5.1 PENDAHULUAN
Batas cair adalah nilai kadar air tanah dalam kondisitanah antara cair dan plastis.Batas plastis adalah nilai
kadar air tanah dalam kondisi antara plastis
dan semi padat.Batas susut/kerut adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara semi padat dan padat.
Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat
peka terhadap perubahan kandungan air.
Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas cair (Liquid
Limit, LL), batas
plastis (Plastic Limit, PL) dan batas
kerut/susut (Shrinkage Limit, SL).
Dengan mengetahui nilai
konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan
dengan harga indek plastisitas (Plasticity Index, IP) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair
dengan nilai kadar air batas plastis (IP=LL – PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut
peka terhadap perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar,
serta besar pengaruhnya terhadap daya
dukung atau kekuatan tanah.
5.2 PERALATAN
1. Alat batas cair standar (casagrande)
2. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
3. Alat pembuat alur (grooving tool)
4. Spatula
5. Cawan untuk penentuan kadar air
6. Air suling
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
8. Lempeng kaca ukuran 60 x 60 x 1cm
5.3 BENDA UJI
1. Bila
sampel tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari saringan
No.40 (0,425mm), maka sampel tanah dapat digunakan langsung dalam pengujian
2. Bila
sampel tanah mempunyai butiran lebih
besar dari saringan No.40 (0,425mm), maka sampel tanah dikeringkanterlebih
dahulu setelah itudisaringan dan diambil benda uji yang lolos saringan
N0.40 (0,425mm) sebanyak 200gram.
5.4 PROSEDUR PENGUJIAN
5.4.1 Penentuan Batas Cair
1. Mengambil benda uji sebanyak 100gram yang
sudah disiapkan dan meletakkannya pada lempeng kaca
2. Memberi air suling pada benda uji tersebut sedikit
demi sedikit, serta mengaduknya sampai merata/homogen
3. Setelah campuran homogen, mengambilbenda
uji tesebut secukupnyadan meletakkan pada mangkok alat uji, kemudian meratakan
permukaannyasedemikian rupa sehingga sejajar dengan dasar alat uji, dengan
ketebalan maksimum 1cm
4. Membuat alur dengan membagi dua benda uji
dalam mangkok dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool)
melalui garis tengah mangkok secara simetris
5. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat
alur harus tegak lurus permukaan mangkok
6. Memutar engkol alat uji sehingga mangkok
naik/jatuh setinggi 1cm dengankecepatan 2 putaran perdetik. Permutaran ini
dilakukan terus dengan kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji
berimpit sepanjang ± 1,27cm dan mencatat jumlah pukulan pada waktu berimpit tersebut
7. Mengulangi pekerjaan (3) sampai (6)
paling kurang 2 kali sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, dimaksudkanagar
campuran tersebut sudah betul-betul merata kadar airnya. Bila telah diperoleh
jumlah pukulan yang sama, maka mengambil sedikit tanah pada bagian yang berimpit
untuk dicari kadar airnya
8. Mengembalikan sisa benda uji kelempeng kaca
dan menambahkan air suling, mengulangi langkah (2) sampai (7) berturut turut
dengan variasi kadar air yang berbeda sehingga diperoleh perbedaan jumlah pukulan
sebesar 8–10 pukulan
9. Melakukan pengujian tersebut diatas dengan
kadar air yang bervariasi sehingga didapat pukulan antara 10–50.
5.4.2 Penentuan Batas Plastis
1. Benda uji sama dengan yang dipakai batas cair dan meletakkannya
diatas pelat kaca kemudian menambahkan air suling serta mengaduknya hingga
merata
2. Setelah kadar air merata buatlah bola-bola
tanah dengan diameter ± 1cm seberat 8gram, kemudian memilin bola-bola tanah diatas plat kaca
dengan telapak tangan berkecepatan 80 – 90 pilinan/menit
3. Melakukan pemilinan sampai benda uji berbentuk
batang dengan diameter 3mm. Bila ternyata benda uji belum mencapai diameter 3mm
sudah retak-retak maka satukan lagi benda uji tersebut dan menambahkan lagi sedikit
air suling serta mengaduknya lagi hingga homogen. Jika ternyata hasil memilin
mempunyai diameter lebih kecil dari 3 mm maka benda uji biarkan beberapa saat
agar kadar airnya sedikit berkurang
4. Mengadukan dan memilin diulangi terus sampai
retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat hasil pemilinan mempunyai diameter ±3mm serta panjang minimum 2,5 mm
5. Buatlah batang-batang pengujian sebanyak ± 5gram, kemudian memeriksa kadar airnya.
5.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
5.5.1 Penentuan Batas Cair
1. Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan
kadar air yang selanjutnya digambar dalam grafik.Jumlah pukulan digambarkan
pada sumbu mendatar dengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu tegak
dengan skala normal
2. Membuat garis lurus melalui titik-titik itu,
jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak terletak satu garis, maka
buatlah garis lurus melalui titik berat dari titik-titik tersebut
3. Menarik garis vertikal pada jumlah pukulan
25 x sampai memotong garis grafik, kemudian menarik garis mendatar
dari titik potong tersebut hingga memotong sumbu vertikal (sumbu kadar air).
Nilai yang diperoleh tersebut merupakan nilai batas cair (Liquid Limit,
LL) dari jenis tanah yang diuji.
5.5.2 Penentuan Batas Plastis
Menentukan
kadar air rata-ratanya pada kadar air tersebut (pada prosedur penentuan batas
plastis) merupakan harga batas plastis (Plastic Limit, PL).
5.6 KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa Batas cair adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi tanah antara cair dan plastis. Batas plastis adalah nilai
kadar air tanah dalam kondisi antara plastis dan semi padat. Batas susut/kerut adalah
nilai kadar air tanah dalam kondisi antara semi padat dan padat., pada contoh tanah yang kami
ambil dari Kota Situbondo memiliki LL = 29%, PL = 18,77 %, IP = 10,23 %
BAB VI : ANALISIS UKURAN BUTIRAN
ANALISIS UKURAN BUTIRAN
(GRAIN
SIZE ANALYSIS)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujiananalisis ukuran butiran dan distribusinya, baik
yang berbutir kasar (kerikil/pasir) maupun yang berbutir halus (lempung/tanah
lolos saringan no. 200)dengan prosedur yang benar, serta dapat mentabelkan dan menggambarkan
analisis butiran tersebut.
6.1 PENDAHULUAN
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah
mempunyai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun
tanah nonkohesif.
Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan
distribusinya.Sehingga didalam mekanika tanah, analisis
ukuran butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan
tanah.
Pengujian Analisis Butiran ini dilakukan dengan dua cara:
1. Analisis Ayakan (sieve
analysis), dilakukan untuk
kandungan tanah yang berbutir kasar
(pasir, kerikil).
2. Analisis hidrometer (hydrometer
analysis), dilakukan untuk
kandungan tanah berbutir halus (lolos
ayakan No.200).
6.2 ANALISIS AYAK (SIEVE ANALISYS)
6.2.1 Kegunaan
Untuk menentukan pembagian ukuran butir suatu sampel tanah.
6.2.2 Peralatan
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 %
dari benda uji
2. Satu set saringan dengan ukuran : 3/8”;
No 4; No 10; No 20; No. 40; No.100; No.200
3. Oven dengan pengatur suhu sampai 110ºC
4. Mesin penggetar saringan
5. Talam
6. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat
lainnya.
6.2.3 Prosedur Pengujian
1. Mengeringkan benda uji di dalam oven.
2. Menyaring benda uji lewat susunan saringan
dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan di atas.
3. Menggetarkan saringan ± 15menit.
4. Menimbang benda uji yang tertahan pada
masing-masing saringan.
6.2.4 Perhitungandan Pelaporan
1. Menghitung jumlah berat tertahan untuk
masing-masing ukuran saringan secara kumulatif.
2. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji
tertahan dihitung terhadap berat total secara komulatif.
3. Menghitung jumlah prosentase berat benda uji
yang melalui masing-masing saringan dihitung.
Ø Contoh Pengklasifikasian USCS
1.
Tanah lolos saringan no. 200
sebanyak 3,94%, sehingga termasuk tanah berbutir kasar dengan ketentuan kurang
dari 50% lolos saringan no. 200
2.
Tanah tertahan lolos no. 4
sebanyak 94,62%, sehingga termasuk tanah berbutir kasar dengan ketentuan lebih
dari 50 % lolos saringan no. 4
3.
Nilai Cu = 6,071 dan Cc = 0,861,
sehingga masuk kategori SP (Pasir gradasi buruk) dengan ketentuan Cu < 60
dan Cc < 1 dan 3
Ø Contoh Pengklasifikasian AASHTO
1.
Tanah tertahan saringan no. 200
sebanyak 96,06%, batas cair sebanyak 29%, indeks plstisitas sebesar 10,23%,
sehingga masuk kedalam kelompok A-2-4 (Kerikil dan pasir berlanau atau
berlempung)
6.4 Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada analisis ayakan contoh tanah yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki nilai Cu = 6.071, dan Cc 0.861, dan bersimbol “SP” dalam
sistem klasifikasi USCS, dan memiliki symbol A-2-4 pada sistem klasifikasi AASHTO.
6.3 ANALISIS HIDROMETER (HYDROMETER ANALYSIS)
6.3.1 Kegunaan
Untuk menentukan pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat
saringan no.200. Analisis
hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butir-butir tanah dalam air. Bila suatu sampel tanah dilarutkan dalam air,
partikel-partikel tanah akan mengedap dengan kecepatan yang berbeda-beda
tergantung pada bentuk, ukuran dan beratnya. Kecepatan mengendap dari
partikel-partikel tersebut dapat dinyatakan dalam hukum Stokes, yaitu :
................................................................. (6.1)
dengan :
u = kecepatan
turun butir-butir tanah (cm/detik)
γs = berat
volume butir-butir tanah (gram/cm³)
γw = berat
volume air (gram/cm³)
h = viscositas
/ kekentalan air (gram.detik/cm²)
D = diameter butiran tanah (cm)
Supaya
mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan hidrometer yang berfungsi
untuk mengetahui spesific gravity larutan setiap waktu pengamatan.
Dari hasil tersebut didapatkan data yang setelah
diolah akan diperoleh grafik distribusi butiran yang merupakan hubungan
antara diameter dan prosentase lolos.
6.3.2 Peralatan
1.
|
Ayakan # 10 (2mm)
|
8.
|
Stop watch
|
2.
|
Hidrometer
|
9.
|
Timbangan
|
3.
|
Termometer 0 – 50 ºC
|
10.
|
Gelas ukur 1000 ml
|
4.
|
Mixer
|
11.
|
Air suling
|
5.
|
Sodium hexamethaphosphat
|
12.
|
Glass/string rod
|
6.
|
Oven
|
13.
|
Glass beaker
|
7.
|
Evaporating dish
|
|
|
6.3.3 Benda Uji
1. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan
butirannya hampir sama atau lebih halus dari saringan # 10 (2,0 mm). Dalam hal
ini, benda uji tidak perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan # 10 tetapi
periksalah kadar airnya
2. Pada jenis tanah yang banyak mengandung
butiran yang lebih besar dari saringan # 10 (2,0 mm),maka keringkan dan
ditumbuk kemudian diayak menggunakan saringan # 10
3. Buatlah campuran antara sodium
hexametaphosphat dengan air suling, komposisi 40gram ÷ 1liter dipakai
sebagai bahan difloculating agent
4. Mengambil sampel tanah yang akan diuji baik
kering maupun tidak, kemudian jadikan satu dengan larutan (3) dalam glass
beaker dan mengaduk sebentar serta menyimpannya selama 24 jam.
6.3.4 Prosedur Pengujian
1. Memindahkan semua campuran tanah (6.3.3.4)
setelah direndam 24 jam kedalam mangkok mixer serta menambahkan air
suling dari hasil pencucian glass beaker dan mengaduknya selama 5menit
2. Memindahkan semua campuran (1) ke dalam
tabung gelas ukur (1000ml) lalumenambahkan air suling dari hasil
pencucian mangkok mixer, hati-hati jangan sampai jumlah larutan
terakhir ini melebihi 1000ml. Bila kurang boleh menambahkan air suling hingga
1000 ml
3. Menutup gelas ukur dan mengkocoknya
berulang-ulang sampai ± 1menit dengan
memperhatikan sewaktu mengocok jangan sampai ada campuran yang tumpah atau
melekat pada dasar tabung
4. Meletakkan tabung diatas meja lalumemasukkan
hidrometer perlahan-lahan kemudian menyiapkan stop watch
5. Membacahidrometerpada±1 atau 2menittanpa memindahkan hidrometernya.Melakukan pembacaan 4 (empat)
kali dan sebelum melakukan pembacaan, tabung harus dikocok terlebih dahulu.
Bila mendapatkan dua hasil pembacaan yang sama makadapat dilanjutkan
dengan langkah berikutnya
6. Setelah pembacaan dua menit selesai, memindahkan
hidrometer ketabung berisi air suling yang telah disiapkan. Mengocok kembali
campuran tersebutlalu memasukkan hidrometer dan thermometer ke
dalam campuran tersebut
7. Malakukan pembacaan hidrometer dan thermometer
pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360........s/d 1440, serta
mencatat tgl/bl/thn, waktu mulai membaca menit ke 0 setelah pengocokan terakhir
dan waktu setiap pembacaan waktu tersebut di atas
8. Setelah selesai melakukan pembacaan terakhir,memindahkan
hidrometer dan thermometer ke tabung berisi air suling
9. Mengkocokterakhirkalidanmenyaringdenganayakan
#200 (0,075mm)
10. Memindahkan benda uji dari ayakan
ke cawan (yang sudah diketahui beratnya) dan mengovennya, setelah kering menimbang
cawan beserta benda uji, lalumengayak dengan ayakan No.4, 10, 20, 40, 60, 100,
200.
6.3.5 Perhitungan dan Pelaporan
Rumus-rumus
yang digunakan :
Rc =
Ra – Zc + Ct (6.2)
dengan :
Rc = Bacaan
hidrometer terkoreksi
Ra = Bacaan
hidrometer saat pengujian
Zc = Koreksi
terhadap nol hidrometer
Ct = Koreksi
terhadap temperatur (lihat Tabel 6.1)
...................................................... (6.3)
dengan :
Rc = Bacaan
hidrometer terkoreksi
a = koreksi
terhadap Gs = 2,65 (lihat Tabel 6.2)
Ws = Berat
benda uji kering
R = Ra + 1 .............................................................................. (6.4)
dengan :
R = Bacaan
hidrometer hanya terkoreksi oleh meniskus
Ra = Bacaan
hidrometer saat pengujian
.......................................................................................... (6.5)
................................................................................... (6.6)
dengan :
v = Kecepatan butiran mengendap
D = Diameter butiran
L = Jarak
yang ditempuh butiran (lihat Tabel
6.3)
t = waktu pengamatan
K = koreksi
terhadap temperatur dan Gs (lihat Tabel 6.4)
Tabel 6.1 Koreksi Ct terhadap temperatur Tabel
6.2 Koreksi (a) terhadap (Gs)
Temperatur(ºC)
|
Ct
|
|
Berat Jenis Tanah
(Gs)
|
Faktor koreksi
(a)
|
||
15
|
-1,10
|
|
2,85
|
0,96
|
||
16
|
-0,90
|
|
2,80
|
0,97
|
||
17
|
-0,70
|
|
2,75
|
0,98
|
||
18
|
-0,50
|
|
2,70
|
0,99
|
||
19
|
-0,30
|
|
2,65
|
1,00
|
||
20
|
0,00
|
|
2,60
|
1,01
|
||
21
|
0,20
|
|
2,55
|
1,02
|
||
22
|
0,40
|
|
2,50
|
1,04
|
||
23
|
0,70
|
|
|
|
||
24
|
1,00
|
|
|
|
||
25
|
1,30
|
|
|
|
||
26
|
1,65
|
|
|
|
||
27
|
2,00
|
|
|
|
||
28
|
2,50
|
|
|
|
||
29
|
3,05
|
|
|
|
||
30
|
3,80
|
|
|
|
||
Tabel 6.3 Perbandingan bacaan
hidrometer terkoreksi oleh meniskus (R) dengan jara yang ditempuh oleh butiran
(L, effective depth)
R
|
L
|
|
R
|
L
|
0
|
16,3
|
|
Lanjutan........
|
|
1
|
16,1
|
|
31
|
11,2
|
2
|
16,0
|
|
32
|
11,1
|
3
|
15,8
|
|
33
|
10,9
|
4
|
15,6
|
|
34
|
10,7
|
5
|
15,5
|
|
35
|
10,5
|
6
|
15,3
|
|
36
|
10,4
|
7
|
15,2
|
|
37
|
10,2
|
8
|
15,0
|
|
38
|
10,1
|
9
|
14,8
|
|
39
|
9,9
|
10
|
14,7
|
|
40
|
9,7
|
11
|
14,5
|
|
41
|
9,6
|
12
|
14,3
|
|
42
|
9,4
|
13
|
14,2
|
|
43
|
9,2
|
14
|
14,0
|
|
44
|
9,1
|
15
|
13,8
|
|
45
|
8,9
|
16
|
13,7
|
|
46
|
8,8
|
17
|
13,5
|
|
47
|
8,6
|
18
|
13,3
|
|
48
|
8,4
|
19
|
13,2
|
|
49
|
8,3
|
20
|
13,0
|
|
50
|
8,1
|
11
|
12,9
|
|
51
|
7,9
|
12
|
12,7
|
|
52
|
7,8
|
13
|
12,5
|
|
53
|
7,6
|
14
|
12,4
|
|
54
|
7,4
|
15
|
12,2
|
|
55
|
7,3
|
16
|
12,0
|
|
56
|
7,1
|
17
|
11,9
|
|
57
|
7,0
|
18
|
11,7
|
|
58
|
6,8
|
19
|
11,5
|
|
59
|
6,6
|
30
|
11,4
|
|
60
|
6,5
|
Tabel 6.4 Nilai koreksi (K) terhadap temperatur dan Gs
Temp.
|
K
|
|||||||
ºC
|
2,50
|
2,55
|
2,60
|
2,65
|
2,70
|
2,75
|
2,80
|
2,85
|
16
|
0,0151
|
0,0148
|
0,0146
|
0,0144
|
0,0141
|
0,0139
|
0,0137
|
0,0136
|
17
|
0,0149
|
0,0146
|
0,0144
|
0,0142
|
0,0140
|
0,0138
|
0,0136
|
0,0134
|
18
|
0,0148
|
0,0144
|
0,0142
|
0,0140
|
0,0138
|
0,0136
|
0,0134
|
0,0132
|
19
|
0,0145
|
0,0143
|
0,0140
|
0,0138
|
0,0136
|
0,0134
|
0,0132
|
0,0131
|
20
|
0,0143
|
0,0141
|
0,0139
|
0,0137
|
0,0134
|
0,0133
|
0,0131
|
0,0129
|
21
|
0,0141
|
0,0139
|
0,0137
|
0,0135
|
0,0133
|
0,0131
|
0,0129
|
0,0127
|
22
|
0,0140
|
0,0137
|
0,0135
|
0,0133
|
0,0131
|
0,0129
|
0,0128
|
0,0126
|
23
|
0,0138
|
0,0136
|
0,0134
|
0,0132
|
0,0130
|
0,0128
|
0,0126
|
0,0124
|
24
|
0,0137
|
0,0134
|
0,0132
|
0,0130
|
0,0128
|
0,0126
|
0,0125
|
0,0123
|
25
|
0,0135
|
0,0133
|
0,0131
|
0,0129
|
0,0127
|
0,0125
|
0,0123
|
0,0122
|
26
|
0,0133
|
0,0131
|
0,0129
|
0,0127
|
0,0125
|
0,0124
|
0,0122
|
0,0120
|
27
|
0,0132
|
0,0130
|
0,0128
|
0,0126
|
0,0124
|
0,0122
|
0,0120
|
0,0119
|
28
|
0,0130
|
0,0128
|
0,0126
|
0,0124
|
0,0123
|
0,0121
|
0,0119
|
0,0117
|
29
|
0,0129
|
0,0127
|
0,0125
|
0,0123
|
0,0121
|
0,0120
|
0,0118
|
0,0116
|
30
|
0,0128
|
0,0126
|
0,0124
|
0,0122
|
0,0120
|
0,0118
|
0,0117
|
0,0115
|
Ø Contoh
perhitungan:
t (min) = 2 L = 14,1 mm
oC = 29 Co L/t = 7,05 mm/t
Ra = 12,5 mm T & Gs = 0,0116
Rc = 18,1 mm D(mm) = 0,0308 mm
R = 13,5 mm
Rumus-rumus yang digunakan :
Rc = Ra – Zc + Ct
= 12,5 mm- (-2,5mm) + 3,1 mm
= 18,1 mm
=
18,1 mm x 0,96 / 50gram x 100%
= 34,66 %
R = Ra
+ 1
= 12,5
+1
= 13,5
V
=
= = 7,05
D = K
. =
0,0116 x =
0,0308 mm
Ø Contoh Pengklasifikasian USCS
1.
Tanah lolos saringan no. 200
sebanyak 51,78%, sehingga termasuk tanah berbutir halus dengan ketentuan 50%
atau lebih lolos saringan no. 200
2.
Batas cair sebesar 29%, sehingga
masuk kedalam kategori lanau dan lempung batas cair 50 % atau kurang
3.
Memiliki nilai batas cair 29%,
indeks plastisitas 10,23%, dengan Diagram
Plastisitas (ASTM, Casagrande) dapat
disimpulkan tanah tersebut termasuk CL Lempung tak organik.
Ø Contoh Pengklasifikasian AASHTO
Tanah tertahan saringan no. 200 sebanyak 48,22%, batas cair sebanyak 29%,
indeks plstisitas sebesar 10,23%, sehingga masuk kedalam kelompok A-4 (Tanah
berlanau)
6.4 KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pada analisis ayakan contoh tanah yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki nilai Cu = 175, dan Cc = 4,587, dan bersimbol “CL” dalam sistem klasifikasi
USCS, dan
memiliki symbol A-4 pada sistem klasifikasi AASHTO.
BAB VII : PEMADATAN TANAH
PEMADATAN TANAH
(SOIL
COMPACTION)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujian pemadatan tanah dengan prosedur yang benar,dapat menggambarkan
grafik hubungan antara berat isi kering dengan
kadar air untuk energi pemadatan
tertentu,sertadapat
menentukan nilai berat isi kering maksimum (MDD,gdrymaks )
dan nilai kadar air optimum (OMC, wopt).
7.1 PENDAHULUAN
Pemadatan (compaction)
adalah proses merapatkan butiran tanah secara mekanisyang menyebabkan keluarnya
udara dari ruang pori sehingga meningkatkan kepadatan tanah.
Selain sebagai landasan pondasi struktur diatasnya, tanah
dalam bidang Teknik Sipil, digunakan pula sebagai bahan konstruksi/timbunan (construction/fillmaterial).
Salah satu upaya untuk meningkatkan sifat fisik tanah tersebut adalah dengan
cara memadatkannya dengan tujuan:
1. Meningkatkan
kekuatan geser tanah s = f(c,f)
2. Memperkecil
nilai permeabilitas tanah k = f(e)
3.
Memperkecil nilai pemampatan tanah
S = f(e)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses
pemadatan antara lain : besarnya
energi pemadatan, kandungan air dalam
tanah serta jenis tanah.
Beberapa istilah penting yang sering dijumpai dalam pengujian
pemadatan dilaboratorium, yakni:
Kadar air optimum (Optimum Moisture Content, OMC) adalah kadar air dari suatu sampel tanah yang jika
dipadatkan dengan energi pemadatan tertentu, akan menghasilkan nilai kepadatan
maksimum (gdry maks).
Kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density, gdry maks)
adalah kepadatan kering yang didapatkanjika suatu sampel tanah dengan kadar air
optimum dipadatkan dengan energi tertentu.
Pemadatan relatif (Relative
Compaction) adalah prosentase perbandingan antara gdryyang dicapai dilapangan
terhadap gdry maksyang
didapat dari pengujian dilaboratorium
Garis kejenuhan (Saturation/Zero
Air Voids Line, ZAVC)
adalah garis yang menunjukkan hubungkan antara gdrydan kadar air (w) untuk
tanah dalam keadaan jenuh.
Pelaksanaan pemadatan dilapangan umumnya dapat dilakukan
melalui beberapa cara, antara lain: dengan cara menggilas secara
statis/dinamis, penggetaran (khususnya untuk tanah berbutir)dan lain
sebagainya.
Dalam Tabel 7.1
diberikan beberapa alternatif cara pengujian dilaboratorium dimana cara yang
digunakan harus disebutkan dalam pelaporan.
Tabel 7.1Alternatif pengujian pemadatan di
laboratorium
Percobaan
|
Standar / Ringan
|
Modified / Berat
|
||||||
Cara
|
A
|
B
|
C
|
D
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Diameter cetakan [mm]
|
102
|
152
|
102
|
52
|
102
|
152
|
102
|
152
|
Tinggi cetakan [mm]
|
116
|
116
|
116
|
116
|
116
|
116
|
116
|
116
|
Volume cetakan [cm3]
|
943
|
2124
|
943
|
2124
|
943
|
2124
|
943
|
2124
|
Berat penumbu [kg]
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
4,54
|
4,54
|
4,54
|
4,54
|
Tinggi jatuh [cm]
|
30,5
|
30,5
|
30,5
|
30,5
|
45,7
|
45,7
|
45,7
|
45,7
|
Jumlah lapisan
|
3
|
3
|
3
|
3
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Jumlah tumbukan per lapis
|
25
|
6
|
25
|
6
|
25
|
56
|
25
|
56
|
Bahan lolos saringan [mm]
|
4,75
|
4,75
|
19,0
|
19,0
|
4,75
|
4,75
|
19,0
|
19,0
|
7.2 PERALATAN
1. Cetakan (mould) dengan diameter ±102mm dan ±152mm
2. Alat penumbuk (hammer) dengan berat
2,5kg dan 4,54kg
3. Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4" (#
19mm)
4. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram
5. Jangka sorong (caliper)
6. Extruder (alat pengeluar sampel tanah)
7. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan
penentuan kadar air
8. Alat perata (straight edge), talam,
mistar, palu karet dan tempat sampel.
7.3 BENDA UJI
1. Bila sampel tanah dari lapangan masih dalam
keadaan lembab, maka perlu proses pengeringan dengan cara dianginkan (kering
udara) atau dioven dengan suhu maksimum 60°C.
Kemudian memisahkan gumpalan-gumpalan tanah dengan cara menumbuk dengan palu
karet
2. Mengayak tanah
hasil tumbukan (1) dengan ayakan
No.4 (#4,75mm) atau 3/4" (# 19 mm)
3. Menimbang hasil ayakan masing-masing sebanyak
2,5kg atau 5kg, masing-masing sejumlah 6 buah atau sesuai petunjuk instruktur
4. Mencampur tanah hasil timbangan(3) dengan
airsedikit demi sedikit, kemudian mengaduknya sampai merata lalu
diperam/disimpan selama 24jam dalam ember yang telah diberi label.
Penambahan air
diusahakan agar didapatkan kadar air:
-
3 benda uji dengan kadar air dibawah kadar air optimum
-
3 benda uji dengan kadar air diatas kadar air optimum.
7.4 PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menimbang cetakan dalam keadaan bersih
dengan/tanpa alas W1[gram] dan mengukur tinggi dan diameter cetakan
serta menghitung volumenya V [cm³]
2. Memberi oli secukupnya pada cetakan, alas dan
leher penyambung di bagian dalamnya untuk memudahkan proses pengeluaran sampel
tanah
3. Mengambil salah satu bendauji, memasukkan
sebagian kedalam cetakan yang diletakkan diatas landasan yang kokoh, kemudian menumbuknya
sebanyak 25 atau 56 kali.Hasil tumbukan mendapatkan tinggi 1/3 atau 1/5 tinggi
cetakan
4. Memberi toleransi ketebalan untuk
masing-masing lapisan ±0,5cm, terkecuali
untuk lapisan yang terakhir dengan toleransi +0,5 cm
5. Sebelum menambahkan tanah untuk pemadatan
lapis berikutnya, muka tanah hasil pemadatan sebelumnya harus dikasarkan dengan
pisau/spatula
6. Melepas leher penyambung dan memotong
kelebihan tanah dengan pisau perata (straight edge)
7. Membersihkan bagian luar dan timbang
dengan/tanpa alas (W2) [gram]
8. Mengeluarkan tanah yang ada didalam cetakan
dengan alat pengeluar sampel tanah (extruder)
9. Membelah benda uji lalumengambil tanah
secukupnya pada tiga bagian (atas, tengah dan bawah) untuk mencari kadar airnya
10. Mengulangi tahap (3) s/d (9) untuk
keseluruhan benda uji yang disiapkan.
7.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Rumus-rumus
yang digunakan :
1. Berat isi tanah basah :
........................................................ (7.1)
2. Berat isi tanah kering :
................................................................. (7.2)
3. Berat kering ZAVC :
.......................................................... (7.3)
dengan :
gwet
|
=
|
berat isi
basah
|
|
zavc
|
=
|
berat isi
kering ZAVC
|
gdry
|
=
|
berat isi
kering
|
|
Gs
|
=
|
berat
jenis tanah
|
gw
|
=
|
berat isi
air
|
|
V
|
=
|
volume cetakan
|
W
|
=
|
kadar air
benda uji
|
||||
W1
|
=
|
berat
cetakan dengan/tanpa alas
|
Ø Contoh
Perhitungan
Pada benda uji 1 :
W1= 26,25gram Ww = W1
- W2= 1,35gram
W2 = 24,90gram WS = W2
- W3= 15,49gram
W3=9,41gram
|
W1.2= Ww ÷ Ws x 100% = 8,12%
1.Berat isi
tanah basah
WA= 5305gram
WB= 3596gram
Wt = WA – WB= 1709gram
γwet =
=
=1,85gram/cm³
2.Berat isi
tanah kering :
γdry = (gram/cm3)
=
= 1,708 gram/cm³
4. Menggambarkan
grafik hubungan antara berat isi kering tanah (gdry) dan
kadar air (w) kemudian mendapatkan nilai berat isi kering tanah maksimum (MDD, gdry maks) dan kadar air optimum (OMC, wopt) dari grafik tersebut (lihat Gambar 7.1).
Gambar 7.1 Grafik hubungan
kadar air (w) dengan berat isi kering (gdry) pada pengujian pemadatan tanah
7.6 KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemadatan adalah proses merapatkan butiran
tanah secara mekanisyang menyebabkan keluarnya udara dari ruang pori sehingga
meningkatkan kepadatan tanah, pada contoh tanah yang kami
ambil dari Kota Situbondo memiliki nilai kadar air optimum sebesar 14,5 % dan memiliki kepadatan
kering maksimum sebesar 1,865 gr/cm3.
BAB VIII : CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujian CBR laboratorium (CBRlab.) dengan prosedur yang benar serta dapat mengerjakan perhitungan dan penggambaran grafik untuk pengujianCBRlab.dengan benar.
8.1 PENDAHULUAN
Nilai CBR (California Bearing Ratio) adalah
perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu, terhadap beban standar
untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu
dan dinyatakan dalam prosen (%).
.................................................. (8.1)
Pengujian CBR bersifat empiris, yaitu : mengukur tahanan
geser tanah pada kondisi kadar air dan kepadatan tertentu untuk
menentukan nilai kekuatan (daya dukung) relatif tanah dasar atau
bahan-bahan lain yang dipakai untuk perkerasan, yang dinyatakan dalam nilai
CBR.
Pengujian CBR pertama kali diperkenalkan
oleh Laboratorium California Division of Highway USA pada tahun 1929
yang kemudian diterima dan dikembangkan lebih lanjut oleh Institusi lain
misalnya: U.S. Corps of Engineers (1940-an), ASTM D 1883-87 (1961),
AASTHO T 193-74 (1972) dan British Standard BS 1377. Sedangkan di
Indonesia pengujian ini telah distandarisasi melalui SNI dan Standar Bina Marga
PB-0113-76.
Tabel 8.1 Tabel beban standar untuk CBR
Penetrasi [mm] |
2,5
|
5,0
|
7,5
|
10,0
|
12,5
|
Beban Standar :
- Gaya [kN]
- Tegangan [kN/m2]
|
13,24
6.900
|
19,96
10.300
|
25,15
13.000
|
30,30
16.000
|
34,83
18.000
|
Catatan : 1 kN = 224,809 lbf
Pengujian CBR dapat dilakukan baik dilaboratorium maupun
secara langsung dilapangan.Jika dilakukan dilaboratorium maka sebagai sumber
beban digunakan mesin beban (load frame), sedangkan untuk pelaksanaan
dilapangan sebagai sumber bebannya digunakan beban as truk yang diisi material. Jika dilakukan didalam terbatas dapat digunakan meja beban
reaksi.
Data yang diperoleh dari pelaksanaan pengujian ini berupa
pasangan beban dan kedalaman penetrasi.
8.2 PERALATAN
1. Mesin beban (load frame) yang
dilengkapi dengan cincin beban (load ring) dan arloji pengukur deformasi
(dial gauge)
2. Cetakan dengan diameter ±15,2cm dan tinggi ± 12,6cm
termasuk leher penyambung dan keping alas serta piringan pemisah
3. Alat penumbuk seberat 4,54kg dengan tinggi
jatuh 45,7cm
4. Piston/torak penetrasi dengan diameter 4,49cm
5. Keping beban seberat 4,0 kg
6. Timbangan dengan ketelitian 1gram
7. Alat perata (straight edge), talam dan
lain-lain
8. Peralatan untuk penentuan kadar air.
8.3 BENDA UJI
1. Mengambil sampel tanah seberat 5kg kering
udara kemudian tambahkan air sehingga mendekati kadar air optimum (wopt,
OMC) atau kadar air yang dikehendaki
2. Merangkai cetakan, keping alas, leher
penyambung dan memasukkan piringan pemisah sertamemberi kertas saring diatasnya
3. Memadatkan tanah benda benda uji tersebut
dengan cara yang disesuaikan dengan cara yang digunankan pada pengujian
pemadatan tanah. Bila benda uji akan direndam, carilah dulu kadar airnya
sebelum dipadatkan, bila tidak direndam, kadar airnya dapat dicari setelah
benda uji tersebut dikeluarkan dari cetakannya
4. Membuka leher penyambung, meratakan permukaan
dengan alat perata, jika terdapat lubang-lubang dapat menambalnya dengan bahan
yang halus lalumenimbangnya
5. Melepaskan alas cetakan dan mengeluarkan
piringan pemisah, memasang alas cetakan pada sisi lainnya, kemudian membalik
benda uji yang masih terdapat dalam cetakan, memberi kertas saring lalu
memasang keping beban
6. Untuk CBR yang tanpa rendaman (unsoaked),
benda uji telah siap untuk ditekan pada mesin beban.
Bila yang
dilakukan adalah CBR rendaman (soaked), ikuti langkah-langkah berikut
ini:
6.1 Mengganti alas
cetakan yang dipakai pada langkah (5) diatas dengan alas cetakan yang
berlubang, jangan lupa untuk memasang kertas saring
6.2 Memasang alas pengembangan
lubang diatas permukaan benda uji, serta memberi keping beban
seberat 4,00kg atau sesuai keadaan beban perkerasan
6.3 Memasang tripod serta arloji untuk mengukur
pengembangan dan atur pembacaannya pada posisi nol
6.4 Merendam benda uji dengan permukaan air
berada ± 2,5cm
diatas permukaan benda uji. Lama perendaman benda uji disesuaikan dengan jenis
tanah, untuk tanah yang berbutir lebih halus diperlukan waktuyang lebih lama.
Sebagai pedoman perendaman dapat dihenti-kan apabila pembacaan pengembangan
sudah relatif sangat kecil
6.5 Mencatat tgl/bln/thn dan waktu memulai
dan selesainya perendam-an serta membaca besarnya pengembangan
6.6 Melepaskan tripod beserta arloji
pengembangan, mengeluarkan benda uji kemudian mentiriskan dengan cara memiringkan
benda uji selama 15menit
6.7 Membersihkan cetakan dari air yang tersisa,
kemudian menimbangnya, lalu benda uji telah siap untuk ditekan pada mesin beban.
8.4 PROSEDURE PENGUJIAN
1. Meletakkan keping beban seberat 4,0kg atau sesuai
dengan perkiraan beban perkerasan diatas benda uji
2. Untuk benda uji yang direndam (soaked)
beban harus sama dengan beban yang dipakai pada saat perendaman. Mengatur
piston/torak penetrasi agar menyentuh permukaan benda uji
3. Memberi beban awal sebesar 4,0 kg untuk
menjamin bahwa permukaan piston/torak benar-benar menyentuh permukaan benda
uji. Kemudian mengatur arloji beban dan penetrasi pada posisi nol
4. Memberi beban dengan menggunakan engkol
teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati ±1,27mm (0,05 inch)/menit. Mencatatan bacaan dial beban pada penetrasi
sebesar: 0,5mm; 1,0mm; 1,5mm;2,0mm; 2,5mm;
3,0mm; 3,5mm; 4,0mm; 4,5mm; 5,0mm; 7,5 mm; 10,0mm; 12,5mm
5. Mencatat pembacaan,bila beban maksimum
(kapasitas cincin beban) telah tercapai sebelum penetrasi 12,5mm
6. Melepaskan benda uji dari mesin beban,
kemudian memasang piringan pemisahpada permukaan benda uji dan menutup dengan
alas cetakannya
7. Membalikkan benda uji, kemudian lakukan
pengujian langkah (1) sampai dengan (5) untuk sisi yang lainnya
8. Setelah selesai melakukan pengujian dilanjutkan
mengeluarkan benda uji dari cetakan dan mengambil sampel tanah pada 3 (tiga)
tempat yang mewakili untuk dicari kadar airnya
8.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
1. Untuk benda uji yang direndam (soaked),
menghitung besarnya nilai pengembangan (swelling). Swellingadalah
perbandingan antara perubahan tinggi selama perendaman terhadap tinggi
benda uji semula yang dinyatakan dalam prosen (%).
2. Mengkonversi bacaan beban dari bacaan divisi
kedalam satuan gaya dan menggambarkan grafik hubungan beban terhadap penetrasi
(lihat Gambar 8.1). Melakukan koreksi pembacaan nol terhadap kurva yang
berbentuk cekung pada pembacaan-pembacaan awal akibat ketidak aturan permukaan
dan atau sebab-sebab lain
3. Dengan menggunakan grafik yang telah dikoreksi
dapat ditentukan besar nilai CBR Laboratorium untuk penetrasi tertentu. Nilai
CBR Laboratorium benda uji adalah nilai CBR untuk penetrasi 2,50mm, bila nilai
CBR pada penetrasi 5,00 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrai
2,50mm,maka pengujian harus diulangi. Apabila pada pengujian
ulangan, nilai CBR pada penetrasi 5,00mm lebih besar dari nilai CBR pada
penetrasi 2,50mm maka yang diambil sebagai nilai CBR Laboratorium adalah nilai
CBR pada penetrasi 5,00mm.
4. Bila beban maksimum terjadi sebelum 5,00 mm
maka nilai CBR didapat dari perbandingan beban maksimum tersebut terhadap beban
standar yang sesuai.
Gambar 8.1 Grafik CBR
Hubungan Antara beban terhadap penetrasi
Ø Contoh
Perhitungan
Ø Penambahan Air
x (OMC – (w) tanah) =
Ø Penentuan kadar
air
Pada benda uji 1 :
W1= 16,31gram Ww = W1
- W2= 0,13gram
W2 = 16,18gram WS = W2
- W3= 6,89gram
W3=9,29gram
|
BU2 (w) = 12,19
%
BU3 (w) = 26,55
%
Ø Perhitungan Berat
Isi Tanah
Berat Tanah + Cetakan = 8875 gram
Berat Cetakan = 4489 gram
Berat Tanah = 4386 gram
Diameter Cetakan = 15,16 cm
Tinggi Cetakan = 12,67 cm
Volume = ¼ x x
d x t = 2286 cm3
Berat Isi Tanah Basah =
= = 1,92 gram/cm3
Berat Isi tanah Kering = γdry = = = 1,69 gram/cm3
Ø Perhitungan
Nilai CBR
CBR2,5mm
|
Bawah = = 97,43 kN
CBR5,0mm
|
Bawah = = 85,97 kN
|
|
2.6 KESIMPULAN
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa CBR (California
Bearing Ratio) merupakan perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu, terhadap beban
standar, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu, pada contoh tanah yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki nilai CBR2,5mm sebesar 71,37 kN, dan
CBR5,0mm sebesar 65,53 kN
BAB IX : PENETRASI KERUCUT DINAMIS
PENETRASI KERUCUT DINAMIS
(Dynamic Cone Penetration)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujian Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP) dengan
prosedur yang benar serta dapat menghitung
nilai California Bearing Ratio(CBR) lapangan rata-rata berdasarkan data pengujian yang diperoleh.
9.1 PENDAHULUAN
Pengujian DCP merupakan salah satu jenis pengujian yang
dilakukan dilapangan, yang secara tidak langsung dapat dipakai untuk menentukan
nilai CBR lapangan dari tanah dasar (subgrade). Pelaksanaan
pengujian ini sangat mudah dan hasilnya dapat diperoleh secara cepat sehingga lebih ekonomis jika dibandingkan dengan bila
melakukan pengujian CBRlapangan
secara konvensional.
Meskipun demikian, untuk mendapatkan korelasi nilai CBR
Lapangan yang tepat, disarankan agar dalam
pelaksanaan pengujian ini, dilakukan pula percobaan CBR secara
paralel.
DCP pertama kali diperkenalkan oleh
Scala (Australia, 1956) sehingga alat ini
seringkali disebut juga sebagai Scala Dynamic Cone Penetrometer.
Dalam perkembangannya, alat ini dapat dijumpai dalam beberapa
versi, antara lain yang cukup populer seperti yang dikembangkan oleh Transvaal
Road Department (Afrika Selatan, 1969). Perbedaan utama dari kedua alat
tersebut diatas terdapat pada berat penumbuk (hammer) dan sudut puncak
kerucut. Di Indonesia alat ini mulai
diperkenalkan khususnya dilingkungan Dirjen Bina Marga,kira-kira sejak
10 tahun yang lalu.
Jenis alat yang
digunakan dalam pengujian ini adalah versi Scala dengan berat penumbuk 9,07kg
(20lb) yang dijatuhkan bebas setinggi 50,8cm(20inch),
serta ujung kerucut dengan sudut puncak 30°.
Melalui pengujian ini dapat diperoleh sebuah rekaman yang
menerus dari kekuatan relatif tanah (CBR) sampai dengan kedalaman 90cm dibawah
permukaan tanah.
Lapis-lapisan dari material perkerasan yang ada harus dibuang
terlebih dahulu sebelum pengujian dilaksanakan.
Pengukuran dan pencatatan data lapangan terdiri atas:
pasangan jumlah tumbukan (n) dan kedalaman penetrasi (cm).
9.2 PERALATAN
1. Peralatan utama terdiri atas:
- Penumbuk seberat 9,07kg (20lb) yang dapat
dijatuhkan bebas setinggi 50,8cm (20 inch) melalui sebuah batang peluncur
bergaris tengah 16mm (5/8 inch), dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil)
- Batang penetrasi terdiri dari besi/baja
bulat bergaris tengah 16mm (5/8 inch)
sepanjang ±90cm, dilengkapi
kerucut pada ujungnya
- Kerucut (konus) terbuat dari baja keras
dengan sudut puncak 30°, serta
diameter terbesarnya adalah 2cm (luas = 1,61cm²).
2. Alat ukur (penggaris/rol meter), panjang 100cm
dengan skala 0,50cm
3. Peralatan pengukuran kadar air, jika
diperlukan.
9.3 PROSEDURE PENGUJIAN
1. Menggali permukaan tanah pada lokasi
pengujian, sampai pada kedalaman dimana pengukuran awal nilai CBR akan dievaluasi
2. Menyingkirkan semua bahan perkerasan yang adajika
pengujian dilakukan pada badan jalan dengan perkerasan
3. Meletakkan alat DCP secara vertikal, memberikan
tumbukan awal secukupnya (seating blows) untuk menanamkan ujung kerucut
sampai garis tengahnya yang terbesar terletak pada permukaan tanah yang akan
diuji
4. Selanjutnya memasang alat ukur
(penggaris/meteran) dalam posisi vertikal, bersebelahan dengan batang penetrasi
dipermukaan tanahnya dengan menggunakan batas landasan pemukul sebagai datum
pengukuran
5. Melakukan penumbukan dengan palu yang
dijatuhkan bebas, mengukur dan mencatat kedalaman penetrasi untuk setiap
tumbukan. Pekerjaan ini harus dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang
6. Memberikan serangkaian tumbukan (5 atau 10
kali), apabila jenis tanah yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari
kira-kira 0,2cm/tumbukan), lalumengukur kedalaman penetrasi yang terjadi
7. Menghentikan pengujian apabila telah tercapai
keadaan berikut ini:
- Tidak terdapat penurunan yang berarti untuk
10 tumbukan terakhir berturut-turut
- Kedalaman penetrasi telah mencapai
kedalaman/ketebalan lapisan yang hendak dievaluai
- Batang penetrometer telah masuk seluruhnya
kedalam tanah
8. Mengeluarkan alat dari dalam tanah dengan
jalan memukulkan palu dengan arah keatas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop
nut)
9. Akibat dari langkah (8) yang dilakukan secara
berulang-ulang, dapat menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur,
sehingga diperlukan pengecekan setiap kali akan melakukan pengujian, dengan
mengatur baut pembatas tinggi jatuh pada posisi yang tepat.
9.4 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Rumus-rumus
yang digunakan :
1. Nilai CBR untuk tiap lapisan dengan rumus :
Log
CBR =1,352 – 1,125 log (D)ð (sudut puncak
kerucut 30º) ...... (9.1)
Log
CBR =1,635 – 1,290 log (D)ð (sudut puncak kerucut 60º) ...... (9.2)
2. Hitung nilai CBRrata-rata untuk
keseluruhan tebal lapisan
dengan rumus :
.............................. (9.3)
dengan :
D = kedalaman penetrasi untuk 1 (satu) tumbukan
h1 = ketebalan
lapisan tanah ke-1 = ΔD1
hn = ketebalan lapisan tanah
ke-n = ΔDn
Catatan:
Rumus (9.1–9.2) dapat disesuaikan/dirubah,
sesuai dengan informasi dari hasil-hasil penelitian selanjutnya/terbaru.
Tabel 9.1 Tabel hasil pengujian penetrasi kerucut
(DCP)
Ø Contoh perhitungan
1.
Penurunan
h = 100- data penetrasi
h1 =
100 – 0,5 = 99,5 cm
2.
Selisih Penurunan
∆D = h1 – h2
∆D = 99,5 cm –
94,9 cm = 4,6 cm
3.
D = ∆D x n
D = 4,6 cm x 1 = 4,6 cm
4.
Nilai CBR
|
CBR = 10 (1,635 – 1,29 x Log D)
CBR = 10 (1,635 – 1,29 x Log 4,6)
CBR = 6,03 kN
5.
Nilai ∆D CBR033
∆D CBR033 =∆D x
∆D CBR033 = 4,6 x
∆D CBR033 = 8,37 kN
6.
Nilai CBRavg
CBRavg =
CBRavg = = 5,47 kN
9.5 KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Penetrasi
Kerucut Dinamis (DCP) merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan, yang secara
tidak langsung dapat menentukan nilai CBR lapangan, pada contoh tanah yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki nilai CBR
lapangan sebesar 5,47 kN
.
BAB X : KERUCUT PASIR
KERUCUT PASIR
(SAND Cone)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
dapat melaksanakan pengujianKerucut
Pasir dengan prosedur yang benar serta menghitung
nilai kepadatan (berat isi kering) tanah dilapangan.
10.1 PENDAHULUAN
Pengujian Kerucut Pasir merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilaku-kan dilapangan guna menentukan berat isi kering
(kepadatan) tanah asli ataupun hasil
suatu pekerjaan pemadatan dan dapat dilakukan pada tanah kohesif maupun
non-kohesif.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk tujuan yang sama
yaitu:
-
Metoda Silinder (Drive
Silinder method), khusus untuk tanah kohesif
-
Metode Balon Karet (Rubber
Ballon method), untuk semua jenis tanah
-
Metoda Nuklir (Nuclear method),
untuk semua jenis tanah.
Nilai berat isi tanah kering yang
diperoleh melalui pengujian ini, biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil
pekerjaan pemadatan dilapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree
of compaction), yaitu perbandingan antara gd (kerucut pasir) dengan gdmaks hasil pengujian pemadatan
dilaboratorium dalam [%].
10.2 PERALATAN
1. Peralatan
utama terdiri dari:
- Tabung
kalibrasi pasir uji
- Silinder
tempat pasir uji
- Kerucut
yang dilengkapi dengan keran
- Pelat
dasar yang berlubang
2. Sekop
kecil, linggis, palu, perata, dll.
3. Timbangan
dengan ketelitian 1,0gram (dibawa kelapangan)
4. Pasir
uji (Ottawa sand)
5. Kantung
plastik, cawan untuk penentuan kadar air.
10.3 KALIBRASI
Pekerjaan kalibrasi sebaiknya dilakukan dilaboratorium, yang meliputi:
10.3.1 Berat Isi Pasir Uji
1. Menimbang tabung kalibrasi pasir uji (W1)
2. Mengisi tabung kalibrasitersebut sampai penuh
dengan menggunakan silinder yang berisi pasir uji (sebanyak 2/3
tingginya)
3. Menimbang tabung kalibrasi beserta pasir
ujinya, setelah diisi penuh dan diratakan permukaan pasir ujinya (W2)
4. Menimbang tabung kalibrasi beserta airnya,
setelah pasir uji pada tabung kalibarasi diganti
dan diisi air sampai penuh (W3)
5. Mengitung berat isi pasir uji γsand
= (W2–W1)/((W3–W1)
10.3.2 Berat Pasir Dalam Kerucut
1. Menimbang silinder yang berisi pasir uji
sebanyak 2/3 tingginya (W4)
2. Meletakkan pelat dasar pada lantai
yang datar kemudian letakkan silinder yang berisi pasir 2/3tingginya
tersebut tepat ditengah pelat dasar, kemudian keran dibuka
3. Menimbang silinder setelah pasir mengisi
kerucut, menutup kerandan mengangkatnya (W5)
4. Menghitung berat pasir dalam kerucut (W6)
= (W4–W5)
10.4 PROSEDURE PENGUJIAN
1. Membersihkan lokasi pengujian selebar pelat
dasar
2. Meratakan permukan tanah kemudianmeletakkan
pelat dasar diatasnya
3. Membuat lubang dengan diameter sebesar lubang
pada pelat dasar dengan kedalaman kurang lebih sama dengan diameter lubang
4. Mengumpulkan tanah hasil galian danmemasukkan
kedalam kantungplastik kemudian menimbangnya (W7) serta menggunakan sebagian tanah tersebut untuk mencari kadar airnya dilaboratorium
5. Menyiapkan silinder yang telah berisi
pasir uji sebanyak ± 2/3 tingginya,
kemudian menimbangnya (W8)
6. Meletakkan
silinder (5) tepat diatas lubang, kemudian membuka keran
7. Setelah lubang galian di tanah dan kerucut
penuh dengan pasir uji, menutup keran kemudian mengangkat dan menimbangnya (W9)
8. Mengembalikan pasir uji yang terisi dalam
lubang ketempat semula.
10.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
10.5.1 Data Dari Laboratorium Pada Proses Kalibrasi :
1. Berat isi pasir uji γsand = (W2–W1)/((W3–W1)
γsand = (3653 gram–2004 gram)/((3172
gram – 2004 gram)
γsand = 1,41 gram/cm3
2. Berat pasir dalam kerucut (W6) = (W4–W5)
(W6) = (6038 gram–5608 gram)
(W6) = 430 gram
10.5.2 Data Dari Lapangan:
1 Berat tanah hasil galian (W7) =
1348 gram
2. Berat botol/silinder + pasir uji sebelum
pengujian (W8) = 6110 gram
3. Berat botol/silinder + pasir uji setelah
pengujian (W9) = 4664 gram
4. Kadar air tanah hasil galian melalui pengujian
di laboratorium (w) = 5,16 %
10.5.3 Pengolahan Data :
1. Berat pasir dalam lubang dan kerucut (W10)
= (W8–W9)
(W10) = (6110 gram – 4664 gram)
(W10) = 1446 gram
2. Berat pasir dalam lubang (W11) = (W10–W6)
(W11) = (1446 gram – 430 gram)
(W11) = 1016 gram
3. Volume lubang Vh = (W11)/γsand
Vh = = 720 cm3
4. Berat isi tanah basah γwet = W7/Vh
γwet = = 1,87 gram/cm3
5. Berat isi tanah kering γdry = γwet /(1+w)
γdry = = 1,78 grm/cm3
6. Derajat kepadatan di lapangan D = γdry lab. / γdry lap. X 100%
D = x 100% = 95,5 %
10.6 KESIMPULAN
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kerucut pasir merupakan salah satu jebis pengujian yang
dilakukan dilapangan, untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli maupun hasil asli
suatu pekerjaan pemadatan, pada contoh tanah yang kami ambil dari Kota Situbondo memiliki berat isi kering
lapangan sebesar 1,78 gram/cm3 sehingga nilai derajat kepatannya sebesar 95,5%.
sangat membantu, apalagi untuk tabel referensi "Nilai koreksi (K) terhadap temperatur dan Gs".
BalasHapussykron..^_^
ohhhhh
BalasHapusWebsite Resmi De-nature.co.id Distributor Agen Penjual Produk Obat Herbal De Nature Indonesia Asli CV. DE NATURE INDONESIA Kabupaten Cilacap Pimpinan Bpk. Awan Ukaya Herbal CV. De Nature Indonesia Asli
BalasHapusReportasee.com | Portal Berita Dalam dan Luar Negeri Menyuguhkan Informasi Seputar Berita Internasional, Nasional, Regional, Lokal, Peristiwa, Hukum, Kriminal, Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Sosial, Budaya, Pendidikan, Wisata, Kuliner dan Hiburan.
Wasir atau Ambeien yang Perlu Anda Tahu | Gejala wasir dapat berbeda pada sebagian orang seperti halnya menyerupai kondisi masalah medis yang lain, selalu di anjurkan bagi Anda untuk berkonsultasi pada dokter.
Sifilis atau Raja Singa yang Perlu Anda Tahu | Sifilis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak sehat.
___ ____???????
___??????????
___?????????????
___????????????
__?????????????
_?????????????
_?????????????
_??CLICK HERE????
??????????????????????
???????? CLICK HERE ??????
??????????????????????????
_??????__????????????????
___????____?????????????
___????_____??????????
___????_____??????????
____????____??????????
_____???____?????????
______???__??????????
_______??????????????
________??????????????
_______???????????????????
_______????? CLICK HERE ??????
_______?????????????????????????
_______???????????????????????????
________??????????____?????????????
_________????????_______???????????
_________????????_____???????????
_________???????____??????????
_________???????_??????????
________???????????????
________????????????
________??????????
_______?????????
_______??????
______??????
______??????
______??????
______?????
______?????
_______????
_______????
_______????
______??????
_____????????
_______|_?????
_______|__??????
Reply Delete