LAPORAN PRATIKUM
BATU
Disusun Oleh:
Nama : M.
Rizky Abdulloh
NIM : 1331310029
Kelas/No
: 1C/12
PROGRAM D-III
TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK
SIPIL
POLITEKNIK
NEGERI MALANG
MALANG
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Laporan ini merupakan merupakan laporan praktek kerja
kayu pada program D-III Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang Tahun 2014.
Kemudian saya akan mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dandung Novianto, ST,.MT sebagai
dosen pembina 1 pada praktek kayu yang telah membimbing saya dan telah
memberikan tugas ini.
2.
Bapak Udi Subagyo, ST,.MT sebagai dosen
pembina 2 pada praktek kayu yang telah membimbing saya dan telah memberikan
tugas ini.
Saya
berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa jika kelak sudah
terjun dalam dunia konstruksi sesungguhnya. Mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan laporan ini, saya bersenang hati dalam menerima
pendapat dan kritikan dalam penyusunan laporan ini agar lebih baik kedepannya.
Malang,
April 2014
M.
Rizky Abdulloh
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan
buku ajar ini dilatar belakangi oleh berkurangnya minat pada praktek kayu,
keseragaman dalam memberi materi praktek kayu, tidak adanya peremajaan
peralatan praktek kerja kayu baik yang manual maupun yang masinal dan kemajuan teknologi
dibidang pekerjaan kayu yang sangat pesat sekali, serta untuk mempermudah pada
saat memberikan pelajaran dan evaluasi setelah berakhirnya praktek kayu.
Sehingga
dengan adanya buku ajar ini diharapkan dapat memberikan pengertian dan
penjelasan kepada para mahasiswa secara garis besar tentang praktek kayu serta
cara evaluasi akhir praktek dengan baik. Karena praktek kerja kayu ini erat
kaitannya dengan dunia perindustrian dalam hal ini industry meubel (furniture),
dengan demikian mahasiswa diharapkan mengerti dan jelas tentang apa yang
dinamakan praktek kerja kayu itu.
1.3 Tujuan.
Tujuan
dari penulisan buku ajar ini adalah untuk memberikan pengertian serta
penjelasan tentang :
a.
Industri konstruksi/bangunan
b.
Dasar pengetahuan kayu
sebagai bahan utama kerja kayu
c.
Perkakas dan peralatan
kerja kayu
d.
Hubungan dan sambungan
pada kerja kayu
e.
Konstruksi rangka
dinding dan rangka atap
f.
Pekerjaan finishing
Namun
semua poin tersebut diatas hanya dijelaskan secara garis besarnya saja. Pada
saat melaksanakan praktek kerja kayu di bengkel (workshop) diharapkan
mahasiswa dapat mengembangkan pengertian atau pemahaman serta ketrampilan
dengan jalan melakukan pengamatan serta penghayatan prosedur kerja dengan baik
dan benar.
Buku
ajar ini memuat hal-hal penting yang diperlukan dalam melaksanakan praktek
kerja kayu, sehingga dapat dijadikan sebagai petunjuk/penuntun, tetapi
mahasiswa diharapkan hendaknya juga mencari informasi lain secara :
a. Melihat
atau mempelajari dari buku-buku lain yang ada hubungannya dengan materi praktek
kerja kayu.
b. Mengajukan
pertanyaan pada pengajar praktek (instruktur).
c. Pengamatan
dan penganalisaan.
1.4 Industri
Konstruksi/Bangunan.
Untuk
memperlancar dalam pelaksanaan industri konstruksi/bangunan, seorang ahli kerja
kayu yang baik memerlukan :
a. Pemahaman
bahan-bahan kayu yang akan digunakan
b. Penguasaan
secara lengkap berbagai perkakas dan peralatan kayu
c. Pengetahuan
praktis tentang konstruksi
d. Pengetahuan
tentang prosedur pelaksanaan kerja
e. Kemampuan
dalam merencana (good design)
Industri
konstruksi/bangunan terdiri atas beberapa kelompok jenis pekerjaan, diantaranya
ada 3 (tiga) kelompok :
1. Konstruksi
Berat.
Baja
dan beton adalah bahan struktur pokok. Pada tahap paling awal, pekerjaan kayu
akan terpusat pada persiapan dan menunjang pembuatan acuan/cetakan beton.
Kemudian pekerjaan kayu akan bekerja dengan kayu, beton, besi, plastik atau
kerja batu untuk membuat serta menyelesaikan finishing interior maupun exterior
bangunan tersebut.
2. Konstruksi
Rumah Tinggal.
Kayu
dan batu bata merupakan bahan tradisional yang cukup lama digunakan untuk
pembuatan rumah, sekarang dalam pekerjaan kayu sering pekerjaan memerlukan
beberapa bahan lainnya :
a. Besi
berlapis seng dan alumunium, digunakan untuk rangka rumah, rangka jendela,
pintu dan atap.
b. Asbes
semen, digunakan untuk penutup dinding dan atap.
c. Plastik,
digunakan sebagai pelapis luar dan dalam almari, permukaan meja/kursi dan untuk
penutup dinding.
3. Produksi
Komponen Bangunan (Joinery Manufacture).
Yang
termasuk dalam kerja kayu didalam memproduksi komponen-komponen bangunan,
adalah :
a. Daun
pintu dan daun jendela
b. Kusen
pintu dan jendela
c. Konstruksi
kuda-kuda untuk atap
d. Konstruksi
tangga
e. Meubel
(furniture)
BAB II
KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI KAYU
2.1 Kayu Sebagai Bahan Utama Konstruksi.
Kayu adalah suatu bahan
konstruksi yang didapat dari tumbuhan alam, artinya kayu dapat diperoleh di
alam dengan mudah tanpa harus dibuat atau diolah di pabrik. Kayu juga memiliki
sifat menguntungkan dan merugikan.
a. Sifat
kayu yang menguntungkan, adalah sebagai berikut :
1. Mudah
didapat dan ralatif murah harganya dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya
seperti beton dan baja.
2. Mudah
dikerjakan tanpa alat berat khusus.
3. Bentuknya
indah alami.
4. Sebagai
isolasi panas.
5. Sebagai
isolasi listrik.
6. Tahan
zat kimia seperti asam dan garam dapur.
7. Ringan,
mengurangi berat sendiri dari bangunan.
8. Serba
guna serta bekasnya masih dapat dimanfaatkan lagi.
b. Sifat
kayu yang merugikan, adalah sebagai berikut :
1. Mudah
terbakar dan menimbulkan api.
2. Kekuatan
dan keawetan kayu sangat tergantung dari jenis dan umur pohon.
3. Cepat
rusak oleh pengaruh alam.
4. Dapat
dimakan oleh serangga kecil seperti rayap, kumbang dan lain-lain.
5. Dapat
berubah bentuknya, seperti menyusut/memuai tergantung dari kadar air yang
dikandungnya.
6. Kekuatan
kayu tidak seragam, walaupun dari jenis pohon yang sama hal ini disebabkan
karena adanya cacat kayu.
2.2
Kadar Air Kayu dan Penyusutan.
Kayu sebagai bahan
bangunan memiliki faktor penyusutan sebagai sifat fisis, ditentukan oleh
banyaknya air yang dikandung oleh kayu, disebut kadar air kayu.
A.
Kadar air
kesetimbangan : Kayu akan menyerap dan melepas air yang
ada di udara sampai kadar air kayu itu seimbang dengan yang di udara.
B.
Kadar air kayu
dan titik jenuh serat.
Air
yang dikandung oleh kayu dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1. Air
Bebas, yang terdapat dalam rongga sel dan ruang antar sel.
2. Air
yang terikat secara kapiler dalam dinding sel, air inilah yang penting dalam
proses penyusutan kayu. Jika air bebas dalam kayu sudah menguap dan tinggal air
kapiler maka kayu dalam keadaan jenuh, besarnya 30 %
untuk semua jenis kayu.
Untuk itu criteria kayu yang baik secara
visual, adalah sebagai berikut :
1. Tidak
lapuk
2. Tidak
berlubang
3. Lurus,
siku dan tidak baling
4. Tidak
ada kayu muda
5. Serat
kayu searah
6. Tidak
ada mata kayu.
2.3 Cacat
Kayu.
Cacat kayu dapat
menimbulkan efek samping yang serius terhadap kekuatan kayu, kekakuan dan
keindahan kayu. Untuk mengenal posisi dari berbagai bentuk cacat kayu, kita
tentukan bentuk penampang kayu. Macam-macam cacat kayu dapat dikelompokkan
dalam 4 (empat) kelompok :
Cacat Kayu Setelah Penggergajian Akibat Penyusutan
Macam-macam cacat akibat penyusutan,
adalah sebagai berikut :
a. Sisi
cembung (Spring), adalah : perubahan bentuk melengkung arah memanjang
pada bagian tepi/sisi kayu.
b. Sisi
membentuk busur (Bow), adalah : perubahan bentuk melengkung arah
memanjang pada bagian permukaan kayu.
c. Permukaan
membentuk mangkok (Cup), adalah : perubahan bentuk melengkung pada arah
lebar kayu, cacat seperti ini sering terjadi pada penggergajian back sawing.
d. Melenting
(Twist), adalah : pemuntiran melintang pada permukaan kayu yang berputar
berlawanan arah pada masing-masing ujung kayu.
e. Pecah
permukaan (end splits), adalah : pecah dimulai pada bagian ujung dan
mejalar sepanjang papan.
Cacat akibat penyusutan
seperti di atas sukar sekali dihindarkan, tetapi dapat dikurangi dengan cara
penumpukkan yang baik dan meletakkan beban pemberat pada bagian atas tumpukkan
serta tidak memberikan suhu yang tinggi selama proses pengeringan. Macam-macam
cacat akibat penyusutan ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Cacat Disebabkan Serangan Jamur
Pembusuk.
Kerusakkan ini terjadi
pada permulaan pengeringan, yang banyak diserang pada umumnya bagian kayu
gubal. Macam-macam jamur, adalah sebagai berikut :
a. Jamur
pelapuk kayu
b. Jamur
pelunak kayu
c. Jamur
pewarna kayu.
Cacat
Disebabkan Bahan Kimia (zat ekstraktif).
Kayu mempunyai
kandungan beberapa zat, diantaranya zat ekstraktif. Melalui reaksi kimia zat
ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda pada kayu.
Cacat Dari Pohon.
Cacat dari pohon dapat dibedakan menjadi
4 (empat), adalah sebagai berikut :
1.
Cacat mata
kayu.
2.
Cacat hati
rapuh.
3.
Serangga
perusak kayu.
4.
Cacat kayu
gubal (sap wood).
2.4 Penyimpanan
Kayu.
Penyimpanan kayu disini
berarti penumpukkan kayu, kayu harus ditumpuk/disusun yang baik agar kayu tetap
dalam keadaan baik, bebas dari serangga perusak kayu dan serangga jamur.
A. Syarat-syarat
penumpukkan kayu yang baik, adalah sebagai berikut :
1. Tempat
harus rata/datar dan bebas dari genangan air.
2. Sumber
hama dan
penyakit kayu harus dihilangkan.
3. Jarak
timbunan dari lantai dianjurkan setinggi ± 50 cm untuk ruang kosong sirkulasi
udara.
4. Terlindung
dari hujan dan cukup sirkulasi udara.
5. Antara
tumpukkan yang satu dengan yang lain harus ada ruang yang cukup untuk sirkulasi
udara dan untuk memudahkan pada waktu pengambilan dan penumpukkan.
6. Tinggi
penyusunan dianjurkan jangan terlalu tinggi ± 3 meter.
7. Papan/balok
disusun dengan menggunakan kayu ganjel/lat (sticker). Ganjel harus dibuat
dari kayu yang sehat (bebas cacat), keadaan kering, bentuk persegi dan seragam.
8. Untuk
papan yang sudah kering, ganjel (sticker) boleh dipasang pada setiap 8
(delapan) tumpuk papan. Ukuran ganjel (sticker) ditunjukkan pada Tabel
2.1.
9. Antara
kayu/papan yang satu dengan yang lainnya pada suatu tumpukkan harus diberi
jarak antara 2 – 5 cm.
B. Cara penyusunan/penumpukkan kayu.
Ada
2 (dua) cara penumpukkan/penyusunan kayu, adalah sebagai berikut :
1. Cara
Vertikal, cara ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Penumpukkan
Silang
b. Penumpukkan
Sandar.
2. Cara
Horisontal, cara ini dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :
a. Penumpukkan
sejajar c. Penumpukkan bersilang
(zig-zag)
b. Penumpukkan
persegi d. Penumpukkan segi tiga
Penumpukkan
kayu dapat dilihat pada Gambar 2.7.
2.5 Pengawetan
Kayu.
Keawetan kayu
berhubungan erat dengan pemakaiannya, kayu dikatakan awet bila mempunyai umur
pakai yang lama.
a.
Penyebab
Non Mahluk Hidup.
1. Faktor
Fisik ; keadaan/cuaca alam yang mampu merusak kayu (suhu udara, panas, air dan
sebagainya).
2. Faktor
Mekanik ; akibat proses kerja alam atau tindakkan manusia (pukulan, goresan,
tarikkan dan tekanan).
3. Faktor
Kimia ; faktor yang mempengaruhi unsur kimia yang membentuk komponen kayu
(pengaruh garam, asam dan basa)
b.
Penyebab
Mahluk Hidup.
1. Jenis
Jamur
2. Jenis
Serangga
c. Alasan
melakukan Pengawetan Kayu, karena :
1.
Kayu yang memiliki kelas keawetan yang
tinggi sangat sedikit dan sulit didapat dalam jumlah yang banyak, selain itu
harganya cukup mahal.
2. Kayu
kelas keawetan III s.d V cukup banyak dan mudah didapat dalam jumlah yang
banyak. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor keawetannya
saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan dahulu.
3. Dilain
pihak dengan pengawetan kayu orang akan berusaha mendapatkan keuntungan
finansiil.
d. Tujuan
Pengawetan Kayu, adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memperbesar keawetan kayu, sehingga menjadi lebih lama unsur pemakaiannya.
2. Memanfaatkan
pemakaian jenis-jenis kayu ber-kelas keawetan rendah dan sebelumnya belum
pernah digunakan dalam pemakaian.
3. Untuk
mengatasi pengangguran.
e. Macam-macam
Metode Pengawetan.
Metode
pengawetan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Pengawetan
Metode Sederhana.
a. Metode
rendaman
b. Metode
pencelupan
c. Metode
pemulasan dan penyemprotan
d. Metode
pembalutan
2. Pengawetan
Metode Khusus.
a. Metode
proses sel penuh
b. Metode
proses sel kosong
f. Bahan
Pengawet.
Bahan pengawet kayu
adalah : bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat beracun terhadap
mahluk perusak kayu, antara lain : Arsen (As), Tembaga (Cu), Seng
(Zn), Flour (F), Chroom (Cr) dan lain-lain.
Selain proses
pengawetan diatas, sebetulnya finishing adalah juga merupakan tindakan
pengawetan terhadap kayu, seperti meni, cat, vernis, plitur, teak oil dan
sebagainya. Tetapi jika hanya difinishing fungsinya hanya melindungi atau
menutup bagian luar kayu sehingga kurang mampu mengatasi faktor-faktor perusak
kayu.
BAB III
PERKAKAS DAN PERALATAN
KERJA KAYU
Perkakas dan peralatan disini
mencakup peralatan kerja tangan (perkakas), peralatan mesin tangan (hand
tools) dan mesin kayu (masinal). Perkakas tangan dasar pekerja konstruksi
dirancang untuk melaksanakan operasi-operasi tertentu untuk membentuk dan
mengerjakan pekerjaan konstruksi.
Didalam
pekerjaan konstruksi perkakas tangan dasar dapat dibagi menjadi 6 (enam)
kelompok utama :
1.
Perkakas Ukur (Measuring
tools)
2.
Perkakas Penanda (Marking
out tools)
3.
Perkakas Pemotong (Cutting
tools)
4.
Perkakas Pendorong (Driving
tools)
5.
Perkakas Penjepit (Gripping
tools)
6.
Perkakas Pengetes/Penguji
(Testing tools)
7.
Mesin-Mesin Kayu
Permanen.
Setiap Perkakas yang telah
dikelompokkan seperti diatas akan dijelaskan spesifikasi peralatan dan fungsi
dari masing masing peralatan, juga akan dijelaskan mengenai cara penggunaanya
disertai keselamatan kerjanya.
3.1 Perkakas Ukur (Measuring tools).
A. Aturan Keselamatan (Safety Rules)
Alat ukur harus ditangani dengan
hati-hati dan dipergunakan dengan benar.
1.
Penggaris lipat.
2.
Mistar baja (Steel
rule)
3.
Pita pengukur (Measuring
tapes)
a.
Steel Tape.
b.
Tape Rule
4.
Batang ukur (Measuring
rod)
3.2 Perkakas Penanda (Marking out tools).
Beberapa komponen konstruksi harus
diberi tanda selama proses pembuatannya. Yang termasuk perkakas
ini adalah :
1.
Pensil.
2.
Pisau Penanda (scriber).
3.
Pemberi Tanda Garis (Marking
gauge).
4.
Mortise Gauge.
5.
Pencil Gauging.
A.
Metode Gauge Block dan Pencil
B.
Metode Gauging
menggunakan jari
6.
Jangka (dividers).
7.
Garis Kapur (Chalk
line).
8.
Punches.
3.3 Perkakas Pemotong (Cutting tools).
Alat pemotong digunakan untuk
mengeluarkan kelebihan material dari benda kerja untuk membuat suatu bentuk
atau ukuran. Juga bisa digunakan untuk membuat model diatas benda kerja seperti
sebuah lobang. Alat yang dipilih akan
mempengaruhi waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Adapun macam-macam peralatan
pemotong (cutting tools), adalah sebagai berikut :
1.
Pahat.
2.
Betel.
3.
Kikir (hand files
& rasp).
4.
Gunting tipis (thin
snips).
5.
Gergaji.
Jenis-jenis
gergaji dibagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu :
1.
Gergaji punggung (back
saw).
2.
Gergaji Tangan (hand
saw).
3.
Gergaji Besi (hack
saw).
Jenis
gergaji ini digunakan untuk menggergaji logam.
4.
Gergaji Pelubang (Hole
saw).
6.
Ketam (Plane)
7.
Pengebor (drilling)
3.4 Perkakas
Pendorong (Driving tools).
Alat pendorong/penekan digunakan
untuk menyalurkan kekuatan (forces) yang dapat membantu saat melakukan
pemasangan dan pembongkaran komponen.
Peralatan pendorong/penekan terdiri dari :
1.
Palu (hammer).
a.
Claw Hammer.
b. Warrington Pattern Hammer/ Crosspein
Hammer.
c.
Brad Hammer.
d. Palu Kayu (mallet).
e.
Palu Dengan Kepala Lunak
(soft faced hammer)
2.
Pembenam Paku (nail
punch).
3.
Obeng.
4.
Pinch Bar
dan Pry Bar.
5.
Brace.
3.5 Perkakas Penjepit (Gripping
tools).
Peralatan penjepit digunakan untuk
menahan komponen yang akan di bongkar, dipasang, dikerjakan atau disetel. Peralatan
penjepit dibedakan menjadi 4 (empat) macam, adalah sebagai berikut :
Bench vice.
G-Clamp.
.
Quick-action bar clamp.
Sash clamp.
5.
Tang (Pliers).
Tang
(Pliers) dibedakan menjadi 6 (enam) macam, adalah sebagai berikut :
a.
Tang Multigrip.
b.
Tang berujung runcing (Long
or Needle Nosed Pliers).
c.
Tang kombinasi (Combination
Pliers).
|
d.
Tang pemotong diagonal
(Side Cutters).
|
e.
Tang penjepit (Circlip/Tang
Snap Ring).
|
f.
Tang jepit berkunci (Lock
Grip Pliers/Vice Grips).
|
3.6 Perkakas
Pengetes/Penguji (Testing tools).
Terdapat banyak alat
didalam bengkel kerja dan
di tempat bangunan
yang digunakan untuk menguji atau memeriksa komponen.
1. Siku (Frame Square).
.
2. Pelurus level (Precision
level).
3. Bandul (Plumb Bob).
3.7
Mesin-Mesin Kayu.
Mesin-mesin kayu dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) kelompok, yaitu sebagai berikut :
1.
Mesin Pemotong.
Yang
termasuk mesin pemotong, adalah :
a.
Gergaji Ayun (radial
arm saw)
b.
Gergaji Bundar (circular
saw)
2.
Mesin Ketam.
a.
Ketam Perata.
b.
Ketam Penebal.
3.
Mesin-mesin pendukung.
a.
Mesin Bor d. Mesin Bubut
b.
Mesin Moulder e.
Mesin Pembuat Dowel
c.
Mesin Amplas f. Gergaji
Pita
BAB IV
HUBUNGAN ATAU SAMBUNGAN
PADA PEKERJAAN KAYU
Yang dimaksud
dengan hubungan atau sambungan itu adalah untuk membuat suatu rangkaian dari
beberapa batang kayu, sehingga ini merupakan sebuah konstruksi yang kokoh.
Secara garis besar hubungan kayu itu dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Hubungan
dalam arah lebar; hubungan ini untuk mendapatkan luas yang besar, misalnya :
lantai, dinding dan langit-langit (plafond). Hubungan ini terdiri dari beberapa
papan yang berjajar.
2. Hubungan
dalam arah panjang, hubungan ini untuk mendapatkan hubungan kayu yang menjadi
panjang. Yang terdiri dari beberapa balok, kedudukkannya dalam satu garis
lurus.
3. Hubungan
menyudut, kedudukkan kedua kayu tidak dalam satu garis lurus.
4.4 Sambungan Lurus/Tegak (Butt Joints).
Sambungan ini
adalah jenis cara menyambung/menghubungkan kayu secara sederhana yang digunakan
pada sambungan menyudut dan persilangan. Macam-macam sambungan lurus/tegak
adalah sebagai berikut :
a. Sambungan
Lurus Siku.
b. Sambungan
Lurus Verstek.
c. Sambungan
Lurus dengan Pen Dowel.
4.5 Sambungan
Takik ½ kayu (Halving Joint).
Sambungan ini
biasanya dipakai pada sambungan menyudut, perpotongan ataupun memanjang antara
kayu yang ukurannya sama tebalnya dengan bagian yang lainnya. Kedua bidang kayu
yang akan disambung masing-masing ditakik ½ tebal kayu.
Macam-macam sambungan Takik ½ kayu,
adalah sebagai berikut :
a. Sambungan
Takik ½ Kayu pada Sudut (Corner Halving Joint).
b. Sambungan
Takik ½ Tidak Tembus (Stopped Halving Joint).
c. Sambungan
Takik ½ Kayu Silang (Cross Halvint Joint).
d. Sambungan
Takik ½ Kayu Memanjang (Scarf Halving Joint).
e. Sambungan
Takik ½ Kayu Miring 45o (The Mitre Halving Joint).
f. Sambungan
Takik ½ Kayu Ekor Burung (Dovetail Halving Joint).
4.6 Sambungan
Beralur (Housing Joint).
Sambungan ini
digunakan untuk konstruksi menyudut atau pertemuan, dimana ujung atau sisi dari
salah satu potongan bertemu pada masing-masing mukanya. Pada bagian lebar
(sisinya) dibuat takikkan yang berupa alur dimana ujung dari potongan kayu lainnya
bisa masuk.
Jenis-jenis sambungan beralur
adalah sebagai berikut :
a. Sambungan
Beralur Menerus (Through Housing Joint).
b. Sambungan
Beralur pada Sudut (The Corner Housing Joint).
c. Sambungan
Beralur tidak Menerus (Stopped Housing Joint).
d. Sambungan
Beralur dan Lidah (Tongued Housing Joint).
4.7 Sambungan
Pen dan Lubang (Mortise and Tennon Joints).
Pada sambungan
pen dan lubang bidang sambungannya terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Lubang,
bidang berlubang suatu kayu untuk tempat pen.
2. Pen,
bagian yang dibentuk sedemikian rupa pada suatu kayu lainnya untuk dimasukkan
ke lubang pada kayu lainnya.
Kegunaan
utama dari sambungan ini, antara lain :
1. Hubungan
pada rangka ibu pintu dan jendela (kusen)
2. Hubungan
pada rangka daun jendela dan pintu
3. Konstruksi
pagar atau pekerjaan rangka lainnya seperti rangka dinding dalamnya.
4. Rangka
pada pekerjaan furniture dan rak almari.
Jenis dari sambungan
pen dan lubang, antara lain :
a. Sambungan
pen dan lubang tembus biasa (Common Mortise and Tennon Joint)
b. Sambungan
pen dan lubang tersembunyi (Stub Mortise and Tennon Joint)
4.8 Sambungan
Kayu/Papan Arah Melebar (Joints used Widening).
Kegunaan utama
dari kayu/papan yang disambung melebar, adalah sebagai berikut :
a. Permukaan
atas meja
b. Barang-barang
furniture
c. Lantai
d. Dinding
dan interior lainnya.
Ada
3 (tiga) hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penyambungan papan ini,
adalah sebagai berikut :
1. Pengikatan
2. Kekuatan
3. Penjajaran/pengaturan
arah serat
Macam-macam
sambungan papan arah lebar dibedakan menjadi 4 (empat) :
1. Sambungan
arah lebar tegak (The Butt Edge Joint).
2. Sambungan
arah lebar dengan sekrup (Screwed Butt Edge Joint).
3. Sambungan
alur dan lidah (Tongued and Grooved Joint).
4. Sambungan
alur dan lidah lepas (The Feathered/Slip Tongued Joint).
BAB V
PEKERJAAN FINISHING
Yang dimaksud
dengan pekerjaan finishing pada pekerjaan kayu adalah untuk membuat suatu benda
kerja atau hasil kerja menjadi rapi, indah dan terlindungi dari udara panas,
air serta sinar matahari.
Pekerjaan
finishing harus dilakukan pada pekerjaan kayu terutama pada benda kerja atau
hasil kerja yang berhubungan dengan meubel (furniture) dan komponen
bangunan, misal : meja, kursi, lemari, daun jendela, daun pintu dan kusen
jendela/pintu. Jenis bahan finishing ada bermacam-macam misalnya : Cat, vernis
dan pelitur.
5.1 Tujuan Finishing.
Pekerjaan finishing
pada kayu mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Memperindah
benda hasil kerja
b. Melindungi
benda kerja yang difinishing dari air, udara dan sinar matahari
c. Untuk
menarik perhatian benda hasil kerja.
5.2 Finishing Cat.
Cat
modern mulai digunakan kira-kira tahun 1920-an. Penjelasan paling sederhana
mengenai cat modern adalah campuran zat warna, bahan pengikat dan bahan
pelarut. Bahan pengikat (binder) adalah bagian cair dalam cat.
Bahan-bahan
pelarut digunakan untuk melarutkan resin atau untuk mengencerkan minyak
agar campuran dapat diaplikasikan pada permukaan. Bahan pelarut adalah sari
dari minyak petroleum. Ketika kekentalan lapisan cat dipertimbangkan (setebal
kertas rokok), cat melakukan proses yang sangat baik untuk melindungi dan
memperindah permukaan dimana cat diaplikasikan. Cat akan tetap merupakan pelindung yang ekonomis dan
lapisan penghias dan akan digunakan sepanjang mode (fashion)
mempengaruhi dunia ini.
Cat
adalah cairan berwarna hitam, putih atau berwarna yang berisikan bahan pelarut,
zat warna (pigmen) dan bahan pengikat (binder) yang, ketika
diaplikasikan pada permukaan, menjadi kering untuk membentuk lapisan tipis (film)
yang berkelanjutan.
5.2.1 Jenis-Jenis Cat.
Jenis cat yang diproduksi dibedakan
menjadi 5 (lima),
antara lain :
1. Cat
Otomotif.
2. Cat
komponen dua-pack.
3. Cat
Industrial.
4. Cat
Anti Korosif.
5. Cat
Rumah Tangga.
5.2.2 Macam-Macam Cat Rumah Tangga.
Jenis-jenis
cat untuk rumah tangga adalah cat yang paling lazim diproduksi dan umumnya
dimasukkan ke dalam 2 (dua) kelompok :
1. Cat
Minyak.
Jenis-jenis cat minyak yang tersedia adalah
:
a. Primer.
Persyaratan yang harus dimiliki oleh cat primer berbahan
dasar minyak adalah kemampuan untuk menembus dan menutupi permukaan dan
memberikan daya rekat (adhesion) bagi pelapisan (coat)
berikutnya.
b. Sealer.
Sealer serupa dengan primer berbahan
dasar minyak dan harus menembus permukaan, meninggalkan daya tahan (hold-out) yang cukup dan memberikan
daya rekat (adhesion) untuk pelapisan berikutnya. Sealer harus menutupi permukaan.
2. Undercoat.
Oil undercoat dibuat untuk digunakan di
atas permukaan yang sudah dilapisi dengan primer atau sudah dicat sebelumnya. Ketika digunakan di
atas primer, undercoat akan mengalir dan menempel pada primer. Undercoat akan menambahkan ketebalan lapisan tipis (film) dan membantu pelapisan (coating) berikutnya.
3. Flat
finish.
Cat minyak untuk cat akhir rata (flat finish)
adalah rata dalam arti bahwa panel memiliki permukaan yang halus.
Flat
finish
juga disebut flat enamel dan harus digunakan secara internal.
|
4. Satin
finish.
Ini adalah satin finish dalam arti bahwa panel memiliki permukaan yang mengkilap
halus.
Satin
finish,
juga disebut satin enamel digunakan sebagai cat akhir. Permukaan
perlu dipersiapkan dengan semestinya.
5. Gloss
finish.
Cat gloss finish atau gloss enamel finish
memiliki permukaan yang halus dengan kualitas tinggi. Ada 2
(dua) jenis gloss finish,
yaitu :
a. Interior
Gloss Finish.
b. Eksterior
Gloss Finish.
2. Cat
Latex.
Cat latex mengandung pigmen (pigment), bahan
pengikat (binder), bahan pelarut (solvent), pengering (drier)
dan pengembang (extender) sebagai bahan-bahan utama.
Keuntungan cat latex adalah :
a.
Masa pengeringan
yang lebih singkat,
b. Tidak memiliki bau
yang terlalu menyengat,
c. Mudah diaplikasikan.
Produk-produk yang tersedia dalam kategori cat yang diencerkan
dengan air adalah :
a. Cat
Acrylic 100 persen.
Binder Acrylic 100 persen umumnya digunakan
dalam cat yang memiliki kualitas baik dan daya tahan tinggi.
b. Cat
Vinyl.
Cat vinyl umumnya digunakan untuk finish interior
yang berkualitas.
c. Cat
Vinyl/Acrylic.
Cat vinyl/acrylic dibuat untuk digunakan di
bagian dalam dan luar gedung.
d. Cat
Vinyl/Latex.
Lapisan cat vinyl/latex adalah kombinasi lainnya yang tersedia.
e. Cat
Latex.
Cat latex sudah lebih lama tersedia
dibandingkan dengan cat dengan lapisan vinyl dan acrylic.
Ada 2 (dua) jenis lapisan cat lainnya yang dibuat dan digunakan dalam cat rumah
tangga adalah :
- Sealer Berbahan Dasar Spirtus.
Stain sealing coating berbahan dasar spiritus dapat dimasukkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
a. Pigmented
Coating berbahan dasar Spirtus.
Lapisan cat ini digunakan
sebagai penghambat antara stain yang bermasalah dan lapisan yang berikutnya.
b. Sealer
berbahan dasar Vinyl.
Lapisan cat ini memiliki sifat-sifat yang sama dengan
lapisan cat berbahan dasar spiritus, dan memiliki sifat tambahan yang
menguntungkan yaitu tahan air.
c. Sealer
berbahan dasar Shellac.
Shellac sealer
memiliki daya rekat yang sangat baik dan
kering dengan sangat cepat.
- Universal Coating.
Oil-modified acrylic coating artinya bahwa coating terutama terdiri dari acrylic
coating ditambahkan dengan persentase minyak yang seimbang.
Universal coating
memiliki daya fleksibilitas yang tinggi, memiliki daya tahan (hold-out)
yang sangat baik dan, karena kandungan minyaknya, memiliki tingkat penetrasi.
Kandungan minyak ini memungkinkan cat mengalami pengendapan yang lebih lambat
dan mendorong penetrasi.
Oil-modified acrylic coating tersedia dalam sistem pengecatan tunggal (mono-painting).
5.3 Sistem Pelapisan.
A. Definisi
Sistem Pelapisan.
Permukaan-permukaan yang berbeda memerlukan sistem
pelapisan yang berbeda pula. Kebanyakan permukaan
memerlukan primer
atau sealer yang diikuti oleh undercoat
atau lapisan antara yang kemudian diikuti oleh lapisan akhir (finish coat) atau lapisan penutup (top coat).
Sistem pelapisan ini adalah penting untuk
pengecatan. Sistem ini terutama sekali berlaku pada semua cat, dan umumnya
untuk cat latex. Contoh sistem pelapisan mudah diperagakan dengan cukup menyapukan kuas
yang berisi cat penuh pada sepotong kayu mentah (bare timber).
B. Penggunaan
Primer.
Fungsi priming coat adalah untuk memberikan ikatan yang kuat antara
permukaan dan lapisan-lapisan yang berikutnya. Oleh karena itu, primer harus
diaplikasikan pada lapisan pertama (first coat) dan berfungsi sebagai sealer.
C. Penggunaan
Undercoat.
Undercoat dirancang untuk mengisi urat kayu, memberikan lapisan
tipis (film build), memiliki kualitas pengampelasan yang baik, dan
memberikan daya rekat untuk lapisan berikutnya.
Ketika diaplikasikan pada kayu mentah (bare timber), undercoat akan menutupi permukaan karena jenis, ukuran dan
jumlah pigment dan binder yang dimilikinya. Praktek ini tidak boleh digunakan pada kayu bagian
luar meskipun dapat digunakan pada kayu bagian dalam.
D. Penggunaan
Cat Akhir.
Cat finishing memberikan permukaan yang sifatnya
untuk menghias dan juga digunakan untuk tujuan-tujuan identifikasi. Lapisan
finish harus diaplikasikan di atas undercoat yang harus berada dalam kondisi yang baik, tanpa
ada bagian-bagian yang lemah, karena ini akan mempengaruhi daya tahan dan
kinerja lapisan finish ini.
Sebuah rumah biasanya akan memiliki bagian-bagian
permukaan yang dicat. Sebelum mulai mengecat,
pertimbangkanlah hal-hal berikut :
1.
Jenis perlindungan apa yang dibutuhkan, misalnya, terhadap acid, garam,
karat, alkali, atau jamur.
2.
Apakah air minum akan ditampung.
3.
Apakah dekorasi adalah alasan utama untuk pengecatan.
Ada 4 (empat) alasan utama untuk melakukan pengecatan permukaan, yaitu :
1.
Perlindungan.
Perlindungan adalah alasan
paling penting untuk melakukan pengecatan. Cat
melindungi permukaan dengan berfungsi sebagai perintang.
Cat adalah perintang ekonomis
yang dapat melindungi terhadap hujan, sinar matahari, bahan kimia dan goresan.
a. Perlindungan Kayu.
b. Perlindungan Masonry.
c. Perlindungan Baja.
2.
Dekorasi.
Suatu alasan penting mengapa
pengecatan perlu dilakukan adalah untuk pendekorasian atau pendekorasian ulang. Warna dapat menciptakan perasaan senang, tenang, mual dan banyak
pengaruh lainnya.
Warna yang digunakan untuk
mendekorasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
a.
Warna hangat;
b.
Warna sejuk;
c.
Warna netral.
3.
Identifikasi.
Ini adalah alasan penting
mengapa perlu mengecat permukaan.
Tabel 5.1 Kode warna pada pipa Standar Australia (AS. 1345).
No.
|
Untuk
Layanan
|
Warna
|
1.
|
Instalasi
air minum
|
Hijau
emerald
|
2.
|
Instalasi
Udara
|
Biru
arctic
|
3.
|
Oli
|
Coklat
emas
|
4.
|
Instalasi
kebakaran
|
Merah
sinyal
|
5.
|
Instalasi
uap
|
Abu-abu
perak
|
6.
|
Instalasi
gas
|
Beige
muda
|
7.
|
Instalasi
listrik
|
Orange
muda
|
8.
|
Instalasi
komunikasi
|
Putih
|
Sistem ini adalah penting
untuk mengidentifikasi pipa-pipa secara cepat dan benar untuk perawatan dalam
keadaan darurat.
4.
Kemudahan untuk dibersihkan.
Adalah perlu dan penting untuk
dapat membersihkan permukaan. Permukaan yang tidak dicat sangat sulit dan dalam
beberapa kasus tidak mungkin dibersihkan.
5.4 Keselamatan, Kesehatan dan Kebersihan
Pekerjaan Pengecatan.
Jagalah kebersihan tangan setelah melakukan pekerjaan pengecatan,
dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.
Oleskan krim pelindung (barrier cream) pada tangan dan gosoklah dengan
baik sebelum melakukan pengecatan.
2.
Hindari kontak dengan mulut Anda apabila tangan terkena cat.
3.
Bersihkan cat dari tangan sebelum makan.
4.
Biasakan untuk menggunakan bahan pembersih tangan dan krim pelindung
pada tangan Anda.
5.
Gunakan bahan pembersih tangan dengan menggosokkannya ke seluruh tangan
dan keringkan dengan handuk atau kain lap bersih.
6.
Cucilah tangan dengan air bersih.
Pastikan baju terusan (overall) yang berada
dalam kondisi yang baik dipakai ketika melakukan pengecatan.
Gunakan alat pelindung yang benar ketika melakukan
penyemprotan, pembersihan atau bleaching. Sebelum melakukan penyemprotan harus memperhatikan hal-hal berikut ini
:
a.
Ketika melakukan pengecatan dengan penyemprotan, hal yang dianjurkan
untuk dilakukan adalah agar tukang cat memakai hood untuk melindungi kepala dan
leher dari kelebihan semprotan.
b.
Alat bantu pernafasan harus dipakai ketika melakukan pengecatan dengan
penyemprotan.
c.
Apabila bekerja di area yang sama dengan tukang penyemprot, membantu memindahkan
perancah atau membersihkan area kerja, topi tukang cat dan masker wajah harus
dipakai.
5.5 Pelitur (Polishing).
Pengecatan dengan pelitur model Perancis
mungkin dianggap kurang praktis karena model ini memiliki daya tahan yang
kurang baik terhadap panas dan alkohol. Di zaman modern, sebagian besar orang
lebih menyukai penggunaan produk laminasi, polyurethane, atau pernis tahan
panas, tetapi untuk perabot rumah tangga antik dimana keaslian diperlukan,
tidak ada lapisan penutup yang lebih baik daripada pengecatan dengan pelitur
model Perancis.
Penggosokan secara terus menerus pada kayu
menghasilkan suatu lapisan padat yang menyatu ke dalam urat kayu (grain), sehingga memberikan
tingkat keindahan yang sangat luar biasa pada kayu yang tidak dapat diperoleh
melalui cara pelapisan akhir (finishing) lain. Pengecetan dengan pelitur model Perancis memberikan hasil akhir
yang indah dan cerah yang meningkatkan mutu semua perabot rumah tangga menjadi
lebih indah.
5.5.1 Bahan Dasar Pelitur Sirlak (Shellac).
Negara-negara di Asia tengah masih merupakan
pengolah dan produsen utama shellac. Shellac adalah lac berbentuk seperti shell yang sudah dimurnikan (refined). Lac adalah cairan yang
dikeluarkan dari laccifer lacca, suatu serangga parasit yang hidup di banyak pohon buah. Pohon-pohon
tersebut sengaja disebarkan dengan jenis serangga ini untuk mendorong tumbuhnya
lac.
Pada umumnya, shellac digunakan sebagai :
a. Pelitur berkualitas unggul;
b. Lapisan pertama penyekatan;
c. Penghalang terhadap bahan-bahan finishing lain yang tertumpah ke dalam
kayu;
d. Penutup pada lubang-lubang simpul kayu.
5.5.2 Prinsip Dasar Pengecatan dengan Pelitur.
Prinsip-prinsip dasar pengecatan dengan pelitur, adalah :
a. Kayu harus dari kualitas terbaik dan dipersiapkan dengan baik, bersih, kering, didempul (stopping up) dengan baik dan diamplas sampai halus.
b. Warna (stain) harus digunakan dengan benar, cepat kering, dan disesuaikan dengan
urat kayu.
c. Bahan pengisi (filler) harus sesuai dengan shellac, warnanya cocok, digosok sampai halus, dibersihkan dan dibiarkan
kering semalaman.
d. Larutan shellac dengan kualitas terbaik harus digunakan secara tradisional dengan
karet pelitur yang dibuat dengan benar, dan perhatian yang seksama diberikan
saat melakukan skinning-in, bodying-up, stiffening-up dan spiriting-out.
5.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Finishing dengan Pelitur.
A. Kelebihan finishing dengan pelitur, adalah :
1. Pengecatan ini dapat memproduksi ulang perabot rumah tangga dengan
lapisan akhir/penutup (finish) yang asli berasal dari abad ke-19.
2. Pengecatan model ini memiliki bentuk yang sangat indah.
3. Cat ini dapat dikikis dan diaplikasikan ulang (yang penting dalam
pemulihan bahan-bahan antik asli).
4. Pengecatan model ini dapat dilakukan dengan tangan yang hanya
membutuhkan beberapa perkakas khusus untuk memungkinkan agar pekerjaan dapat
dilaksanakan di mana saja.
5. Pengecatan model ini dapat memberikan tingkat kepuasan mental dan
jasmani yang sangat tinggi.
B. Kekurangan
finishing dengan pelitur, adalah :
1. Pengecatan dengan model ini saat ini menjadi sangat mahal karena biaya
yang dibutuhkan untuk membayar tenaga kerja yang melaksanakan setiap pekerjaan.
2. Tidak sesuai lagi dengan beberapa lapisan cat akhir (finish)
yang diproduksi di zaman sekarang.
3. Pengecatan dengan model ini memiliki daya tahan yang kurang baik
terhadap alkohol dan permukaan perabotan untuk rumah modern tidak praktis.
4. Pengecatan model ini tidak memiliki daya tahan panas terhadap lak atau
urethane modern.
5.5.4 Keselamatan,
Kesehatan dan Kebersihan Pekerjaan Pelitur.
A. Keselamatan.
Tukang pelitur ini harus memperhatikan peringatan-peringatan yang diberikan oleh pabrik terhadap
produk-produk yang dia gunakan dan memahami sifat-sifat dari masing-masing
produk guna memungkinkan agar produk-produk tersebut dapat disimpan dan
ditangani dengan aman.
Bahan-bahan mudah terbakar/menyala seperti
spiritus (methylated spirits), terpentin dan larutan-larutan lainnya harus disimpan dalam kontainer
yang terbuat dari metal dan dijauhkan dari sumber-sumber panas.
Bahan-bahan yang bersifat korosif seperti
peroksida (peroxide) dan asam sulfur (sulphuric acid) harus disimpan dalam kontainer gelas yang telah diberi label dengan
jelas.
Bahan-bahan beracun seperti asam oksalik (oxalic
acid) dan amoniak harus disimpan dalam kontainer yang telah diberi label d
engan jelas dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
Kain goni (hessian) atau kain lap yang digunakan dengan bahan-bahan berbahaya harus
dibuang dengan cara yang benar.
Bengkel kerja (workshop) harus dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran untuk memadamkan api
yang mungkin terjadi.
B. Kebersihan.
Untuk membersihkan tangan Anda :
1.
Gunakan kain lap, lipatlah menjadi bantalan (pad) dan tambahkan cairan pelarut
yang sesuai dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
Cairan pelarut yang digunakan
bervariasi sesuai dengan tingkat pekerjaan pelitur yang dilaksanakan.
2.
Lanjutkan dengan menyeka kedua tangan Anda dengan menggunakan kain lap
sampai seluruh sisa kotoran bersih semuanya.
3.
Bilaslah tangan Anda dengan sabun dan air segera.
Pembilasan dengan sabun dan
air harus dilakukan setelah pembersihan dengan cairan pelarut karena cairan
pelarut berbahan dasar spiritus dapat merusak kulit.
4.
Keringkan tangan secara menyeluruh dan kemudian gunakan krim tangan
atau krim kulit, dengan memijatnya kepada seluruh telapak tangan dan tangan.
5.
Selalu gunakan sarung tangan pelindung ketika Anda melaksanakan
pekerjaan kayu dengan cairan pelarut spiritus atau larutan asam (acid solution).
C. Perkakas.
Perkakas-perkakas yang diperlukan untuk
mempersiapkan pekerjaan pelitur adalah :
1.
Pallete knife yang digunakan untuk mengaduk larutan;
2.
Putty knife yang digunakan untuk mengaplikasikan stopping
dan filler;
3.
Polisher’s
quirk, yaitu sepotong kayu (dowel)
yang ditajamkan untuk digunakan membersihkan atau memelitur bagian-bagian sudut
yang tertutup;
|
|||
4.
Berbagai macam
ampelas
Tabel 5.2 Klasifikasi (grade) kertas ampelas.
Klasifikasi
(Grade)
|
Uraian
kerja
|
100
|
Pengampelasan setelah membersihkan torehan dan
goresan yang dalam.
|
120 - 180
|
Pengampelasan – persiapan untuk pewarnaan (staining).
|
180
|
Stopping – pengampelasan halus.
|
240
|
Pengampelasan setelah pelapisan (coating).
|
400
|
Pengampelasan diantara skinning-in dan bodying-up.
|
1000
|
Pengampelasan dalam tahap-tahap finishing.
|
5.
Berbagai jenis zat
pelarut;
6.
Berbagai jenis
sikat;
-
mop brush
-
blender brush
-
pencil brush.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pengecatan dengan pelitur
adalah :
a.
skinning-in
rubbers
b.
boddying-up
rubbers
c.
larutan
shellac
d.
filler
e.
terpentin
mineral
f.
amoniak
880
g.
acetone
h.
raw
linseed oil
|
i.
stiffening-up
rubber
j.
open
weave cloth
k.
stain
l.
methylated
spirit (murni)
m.
oxalic
acid powder
n.
peroxide
100 vol
o.
lacquer
putty
p.
cotton
wool
|
5.6 Persiapan Pekerjaan Pelitur.
Untuk mendapatkan
hasil pekerjaan pelitur yang baik harus melalui beberapa tahapan, sebagai
berikut :
A. Tahap
Pendempulan.
Stopping up
adalah proses mengisi lubang-lubang dan retakan-retakan kecil dalam kayu.
Tukang pelitur pada masa sekarang memiliki berbagai macam bahan yang efektif
dan mudah untuk digunakan, termasuk :
A.1 Dempul berbahan dasar pernis (lacquer-based putty).
A.2 Dempul fibreglass.
Pendempulan dengan fibreglass adalah campuran
dua bagian (two-pot mixture) yang mengering dengan sangat cepat.
|
A.3 Button Shellac.
B. Tahap
Pengampelasan.
1.
Selalu ampelas
mengikuti arah urat kayu.
2.
Hindari menekan
secara berlebihan.
3.
Hindari mengampelas
yang membuat bagian pinggir dan sudut menjadi terkikis terlalu dalam (rounding).
4.
Setelah selesai
dengan pengampelasan, debu pada kayu harus dibersihkan sampai bersih dengan
kuas.
|
C. Tahap
Pemberian Warna.
Tujuan
staining dalam proses pelapisan dengan pelitur adalah untuk memberikan
hasil akhir dengan warna yang merata, sehingga menonjolkan dan memperlihatkan
keindahan alami kayu. Tukang pelitur sering mendengar atau membaca mengenai
stain. Stain tradisional terdiri dari :
1.
Sudan stain
2.
Oil stain
3.
Art oil
4.
Nigrosine
|
5.
Coomarssic
6.
Polar stain
7.
Spirit atau alcohol stain
8.
Waxoline
|
Tabel 5.3
Macam-macam Stain yang digunakan.
Jenis stain
|
Bahan pewarna
|
Bahan Pengikat (Binder)
|
Bahan Pengurang (Reducer)
|
Waktu pengeringan (jam)
|
Dampak terhadap serat kayu
|
Celupan (atau bahan pelarut) ‘NGR’
Minyak
Diberi zat pewarna
Air (lama)
Air (baru)
Pernis (lacquer)
|
Celupan
Zat pewarna
Zat pewarna
Celupan asam (Acid dye)
Celupan asam baru (yang sudah dipatenkan)
Zat pewarna
|
Tidak ada
Minyak linseed
Polyurethane
Tidak ada
Tidak ada
Nitro-cellulose
|
Bahan pelarut khusus
Terpentin mineral
Terpentin mineral
Air
Air dan bahan pelarut
Lacquer thinner
|
0.08
6-24
4
6-24
1
0.25
|
Tidak meningkatkan urat kayu
Tidak meningkatkan urat kayu
Tidak meningkatkan urat kayu
Meningkatkan sebagian besar urat kayu
Sedikit meningkatkan urat kayu
Tidak meningkatkan urat kayu
|
1.
Stain berbahan dasar zat pewarna (pigment-based stain) memiliki sifat-sifat berikut :
a.
memiliki daya tahan kimia yang sangat baik
b.
memiliki kualitas warna yang terang
2.
Stain berbahan dasar celupan (dye-based stain) memiliki sifat-sifat berikut :
a.
memiliki penetrasi yang sangat baik
b.
memiliki daya tahan kimia yang baik
3.
Untuk hasil akhir
warna stain yang lebih muda, segera seka stain dengan kain lap yang sudah
dibasahi dengan bahan pelarut yang sesuai.
4.
Untuk hasil akhir
warna stain yang lebih tua, ulangi pelapisan dengan dua kali lapisan stain.
a. spirit stain dapat digelapkan dengan menggunakan lapisan
berulang-ulang.
b. Penggunaan stain berbahan dasar air (water stain)
secara berulang-ulang tidak akan menggelapkan warna stain; lapisan secara
berulang-ulang pada oil stain akan menggelapkan pada tingkat yang sangat
sedikit.
|
D. Pengisian
dengan Filler.
Tabel 5.4
Macam-macam Filler Pelitur.
Filler
|
Bahan dasar kimia
|
Bahan pelarut
|
Bahan campuran
|
One-pot plastic filler
Filler kayu berbahan dasar minyak
Polisher’s own filler
Filler abad ke-19
|
Minyak polyurethane
Raw linseed oil
Gold size (3 bagian) raw linseed oil (2 bagian)
terpentin murni (1 bagian)
Gold size methylated spirit
|
Terpentin mineral
Terpentin
Terpentin
Methylated spirit dan air
|
Silika dan zat warna tanah
Silika dan zat warna tanah
Silika dan zat warna tanah
Plester Paris dan zat warna tanah
|
|
E.
Pelapisan (Coating).
Berikut adalah langkah-langkahnya
:
1.
Pemeriksaan
permukaan;
2.
Pembersihan filler
yang masih tersisa;
3.
Melapisi permukaan
dengan pelitur.
Lapisan pelitur
digunakan untuk menutupi permukaan kayu yang sudah diisi dengan filler.
E.1
Inspeksi dan Pembersihan.
a. Periksa apakah
terdapat serpihan-serpihan filler di bagian-bagian pinggir.
b. Haluskan permukaan dengan
menggunakan ampelas grade 240, untuk membersihkan
partikel-partikel filler yang terlepas.
c. Bersihkan dengan
lap kain seluruh permukaan sampai bersih dari debu dan
partikel-partikel.
E.2
Aplikasi.
Lapisan pelitur diaplikasikan menggunakan mop brush
yang memiliki bulu-bulu halus.
a.
Isilah mop brush
dengan pelitur sampai penuh tapi jangan sampai menetes.
b.
Gunakan pelitur
dalam lapisan yang tipis, dengan gerakan menyapu sejajar dengan urat kayu.
Isilah kembali mop brush sesering mungkin untuk memastikan lapisan pelitur
disapukan secara merata.
c.
Apabila muncul
gelembung-gelembung dalam lapisan yang basah, gelembung-gelembung tersebut
harus segera dipecahkan dengan ujung bulu kuas yang kering.
d.
Biarkan lapisan
pelitur pertama mengering dan kemudian haluskan permukaan dengan kertas ampelas
grade 320. Setelah
permukaan kayu disapu dengan kuas, permukaan akan sedikit kasar sehingga
penghalusan adalah bagian pekerjaan yang paling penting.
|
F.
Persiapan Pelitur
dengan Shellac.
Seorang tukang pelitur yang belum berpengalaman
dianjurkan untuk mulai dengan membuat pelitur dengan campuran yang
encer.Campuran yang encer lebih mudah digunakan dan terdapat sedikit kemungkinan
terbentuknya benjolan-benjolan atau tanda-tanda. Juga, campuran pelitur yang
encer paling baik bagi pemula untuk belajar merasakan kontak rubber pada
permukaan kayu.
Tabel 5.5 Campuran Pelitur yang Normal.
Jenis
|
Shellac (gram)
|
Methylated spirit murni (liter)
|
Campuran umum
|
175
|
1
|
Tukang pelitur yang
berpengalaman
|
150 - 200
|
1
|
Tukang pelitur pemula
|
120-150
|
1
|
F.1 Tahap Pencampuran.
1. Pilihlah
plastik atau wadah dari gelas untuk menampung jumlah pelitur yang dibutuhkan. Catatan : Jangan
pernah menggunakan wadah dari logam untuk mencampur atau menyimpan pelitur shellac.
2.
Apabila serpihan-serpihan shellac dalam ukuran yang besar atau dalam bentuk balok,
pecahkan menjadi potongan-potongan kecil, tempatkan 175 gram shellac di dalam wadah dan tambahkan
1 liter methylated spirit.
3.
Aduklah secara teratur sampai shellac benar-benar larut. (Ini mungkin
memerlukan waktu kira-kira satu jam).
4.
Pelitur siap untuk digunakan ketika serpihan-serpihan sudah benar-benar
dalam keadaan larut.
F.2 Metode Alternatif Pencampuran :
1.
Pilihlah wadah dengan ukuran yang sesuai untuk menampung pelitur.
2.
Isilah wadah dengan serpihan-serpihan shellac setengah penuh.
3.
Tuangkan methylated spirit pada serpihan-serpihan shellac sampai
serpihan-serpihan tersebut ditutupi dengan cairan setinggi 2 cm.
4.
Aduk-aduklah campuran sampai semua serpihan menjadi larut. Tukang
pelitur sering kali membiarkan campuran satu malam sebelum digunakan.
5.
Cairkan methylated spirit sampai
diperoleh kekuangan yang diinginkan.
Tambahkan sedikit zat pelarut
sekali waktu dan aduklah sampai rata agar memiliki konsistensi yang baik di
seluruh campuran.
F.3 Tahap Penyimpanan.
Simpanlah pelitur shellac dalam wadah yang terbuat dari
gelas atau batu. Shellac ini harus disimpan di lokasi yang sejuk dan
gelap karena cuaca panas dan terang
dapat merusak sejumlah sifat dari shellac.
F.4 Tahap Pemolesan Pelitur.
Rubber akan perlu diisi ulang
sebelum digunakan pada permukaan kayu.
A.
Mengisi Rubber :
|
B.
Memegang dan Menggerakkan Rubber.
Keterampilan memegang dan
menggerakkan rubber dipelajari
melalui praktek dan pengalaman. Pokok-pokok penting yang perlu diingat ketika
menggerakkan rubber :
1.
Permukaan rubber untuk
memelitur harus rata dan bebas dari kerutan-kerutan.
2.
Dua jari dan ibu jari mengontrol ‘toe’.
3.
Bagian badan rubber (‘ankle’) harus berada dalam telapak tangan sehingga
tekanan yang kuat dan rata dapat dilakukan terhadap seluruh permukaan yang
rata.
4.
Gerakan-gerakan harus cepat, kuat dan melingkar dalam pola-pola
lingkaran, huruf delapan Arab, lempeng tembaga huruf e, oval, huruf u dan
bentuk ular di sepanjang urat kayu.
5.
gerakan-gerakan rubber terdiri
dari kira-kira 80% lingkaran dan campuran dari gerakan-gerakan lainnya untuk gerakan sisanya.
6.
jangan berhenti menggerakkan rubber
pada permukaan.
7.
perubahan-perubahan dalam gerakan menghindari terbentuknya tanda-tanda rubber yang akan muncul apabila hanya
satu gerakan saja digunakan.
|
BAB VI
MATERI PRAKTEK KAYU
(JOB SHEET)
6.1 Tujuan Umum
:
Tujuan umum pada
bab ini, diharapkan mahasiswa mengerti dan dapat menjelaskan jenis pekerjaan
praktek kayu yang akan dikerjakan, dapat menjelaskan penggunaan perkakas dan
peralatan yang digunakan pekerjaan praktek kayu.
6.2 Tujuan Khusus :
Tujuan khusus
pada bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan penggunaan
perkakas yang digunakan pada pekerjaan praktek kayu, dapat melakukan praktek
kayu sesuai dengan materi praktek yang diberikan, dapat menentukan jenis
finishing yang akan digunakan, dapat membuat dan mengerjakan finishing pada
pekerjaan kayu secara baik dan benar.
Materi praktek (Job
Sheet) kerja kayu yang akan dilakukan mahasiswa D-IV di Bengkel (Workshop)
terdiri dari :
1.
Latihan Dasar Mengetam dan Menggergaji.
2.
Membuat Sambungan Bibir Miring Berkait.
3.
Membuat Hubungan Kusen.
4.
Membuat Sambungan Papan Arah Lebar.
5.
Membuat Hubungan Balok Tarik dengan Tiang Gantung.
6.
Membuat Hubungan Balok Tarik dengan Kaki Kuda-kuda.
7.
Aplikasi Praktek Kayu.
BENGKEL PRAKTEK KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jalan Veteran PO.
Box 04 Malang-65145
|
|||||||||||||
|
|
|
|||||||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Latihan Dasar Mengetam & Menggergaji
|
Tanggal
|
|||||||||
I.
Tujuan :
Pada
akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a.
Menggunakan perkakas tangan.
b.
Mengetam kayu secara rata, lurus dan
siku dengan baik.
c.
Melukis atau memberi tanda (gambar)
pada benda kerja.
d.
Memotong dan membelah kayu dengan
menggunakan gergaji tangan dengan baik dan benar.
II. Tujuan
Instruksi Umum :
Pada
praktek kerja topik ini dimaksudkan untuk memberikan latihan dasar mengetam
dan menggergaji dengan bahan kayu usuk/kaso ukuran 5/7 cm. periksalah kondisi
dan ukuran kayu tersebut serta ketajaman dari peralatan/perkakas yang akan
digunakan.
III. Tujuan
Instruksi Kerja :
a.
Simpanlah alat-alat kerja yang
digunakan pada bangku kerja dengan baik dan teratur apabila belum digunakan.
b.
Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti
langkah-langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c.
Pusatkanlah perhatian atau pikiran
pada waktu praktek.
d.
Ikuti petunjuk-petunjuk dari
Instruktur.
|
|||||||||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Latihan Dasar Mengetam & Menggergaji
|
Tanggal
|
|||||||||
Gambar Kerja :
|
|||||||||||||
BENGKEL PRAKTEK KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jalan Veteran PO. Box 04
Malang-65145
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Sambungan Bibir Miring Berkait
|
Tanggal
|
|||||||||
I.
Tujuan :
Pada
akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a.
Menggunakan perkakas tangan.
b.
Membuat bentuk sambungan bibir miring
berkait.
c.
Memahami fungsi dan kegunaan dari
sambungan tersebut.
d.
Pemahatan, pengeboran dan melubangi
kayu.
II. Instruksi
Umum :
Sambungan
ini dipergunakan jika pada suatu balok (gelagar) bekerja gaya tarik yang saling berlawanan arah,
maka pada setengah panjang bibir sambungan ditakik sehingga berbentuk kait.
Panjang
bibir sambungan = 2,5 – 3 h
h =
tinggi kayu.
III. Instruksi
Kerja :
a.
Simpanlah alat-alat kerja yang
digunakan pada bangku kerja dengan baik dan teratur apabila belum digunakan.
b.
Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti
langkah-langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c.
Pusatkanlah perhatian atau pikiran
pada waktu praktek.
d.
Ikuti petunjuk-petunjuk dari
Instruktur.
|
|||||||||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Sambungan Bibir Miring Berkait
|
Tanggal
|
|||||||||
Gambar Kerja :
|
|||||||||||||
BENGKEL PRAKTEK KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jalan Veteran PO. Box 04
Malang-65145
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Hubungan Ibu Pintu (Kusen)
|
Tanggal
|
|||||||
I.
Tujuan :
Pada
akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a.
Menggunakan perkakas tangan.
b.
Membuat bentuk hubungan ibu pintu
tiang dengan ambang atas.
c.
Memahami fungsi dan kegunaan dari
sambungan tersebut.
d.
Pemahatan, pengeboran dan melubangi
kayu.
e.
Menerangkan prinsip hubungan dan
bentuk ibu pintu, serta bagian-bagian hubungannya.
II. Instruksi
Umum :
Sambungan/hubungan
ibu pintu terdiri dari balok tegak dan datar, balok yang tegak dinamakan
tiang dan balok yang datar dinamakan ambang (ambang atas). Ukuran kayu yang
digunakan sebaiknya diperhitungkan atau disesuaikan dengan tebal dinding dan
lebar/besarnya pintu. Ukuran balok yang biasanya digunakan adalah 6/15. Untuk
pemasangan daun pintu diperlukan sponingan, sedangkan untuk mencegah agar
tidak bercelah dan kedudukan kusen tidak bergeser terhadap dinding maka kedua
tiang pada sisi luarnya dibuat alur kapur dengan lebar 5 – 6 cm dan dalam 1,5
– 2 cm. Alur ini dibuat mulai ± 5 cm di bawah ambang atas. Hubungan tiang dengan
ambang atas dibuat pen sebesar 1/3 dari lebar kayu. Untuk mendapatkan
hubungan yang kokoh ambang atas diperpanjang 8 – 10 cm yang dinamai telinga.
III. Instruksi
Kerja :
a.
Simpanlah alat-alat kerja yang
digunakan pada bangku kerja dengan baik dan teratur apabila belum digunakan.
b.
Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti
langkah-langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c.
Pusatkanlah perhatian atau pikiran
pada waktu praktek.
d.
Ikuti petunjuk-petunjuk dari
Instruktur.
e.
Gunakanlah pakaian kerja dengan
lengkap dan disiplin pada waktu praktek di bengkel (workshop).
|
|||||||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Hubungan Ibu Pintu (Kusen)
|
Tanggal
|
|||||||
Gambar Kerja :
|
|||||||||||
BENGKEL PRAKTEK KAYU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jalan Veteran PO.
Box 04 Malang-65145
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Sambungan Papan Arah Lebar
|
Tanggal
|
|||||||
I.
Tujuan :
Pada
akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :
a.
Menggunakan perkakas tangan.
b.
Membuat bentuk sambungan papan arah
lebar dengan baik.
c.
Memahami fungsi dan kegunaan dari
sambungan tersebut.
d.
Pemahatan, pengeboran dan melubangi
kayu.
e.
Membuat 3 macam sambungan papan arah
lebar, yaitu : sambungan dengan sekrup, sambungan alur dengan lidah dan
sambungan alur dengan lidah lepas (pen isian) dengan cara yang benar, tepat
dan baik.
II. Instruksi
Umum :
Sambungan
arah lebar yaitu untuk mendapatkan suatu luasan yang besar, misalnya untuk
lantai, dinding dan lain-lain. Sebelum mengerjakan sambungan perlu dipilih
dulu sisi-sisi papan yang akan disambung agar lantai atau dinding bisa rata,
yaitu dengan memperhatikan arah serat kayunya yang diletakkan dalam arah
bolak-balik.
a.
Sambungan dengan sekrup, adalah :
salah satu cara menyambung arah lebar yang paling sederhana.
b.
Sambungan alur dengan lidah; sambungan
ini baik karena jika terjadi penyusutan pada papan, maka bidang sambungan
tidak akan terlepas.
c.
Sambungan alur dengan lidah lepas;
sambungan ini akan lebih menghemat kayu jenis mahal, karena untuk lidahnya
bisa digunakan kayu jenis murah.
III. Instruksi
Kerja :
a. Simpanlah
alat-alat kerja yang digunakan pada bangku kerja dengan baik dan teratur
apabila belum digunakan.
b. Pelajari
dahulu gambar kerja dan ikuti langkah-langkah kerja dengan seksama dan
teliti.
c. Pusatkanlah
perhatian atau pikiran pada waktu praktek.
d. Gunakanlah
pakaian kerja dengan lengkap dan disiplin pada waktu praktek di bengkel (workshop).
|
|||||||||||
Kode.
RMK
441
|
Materi
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
Sambungan Papan Arah Lebar
|
Tanggal
|
|||||||
Gambar Kerja :
|
|||||||||||
Kode.
RMK
441
|
Subjek
Topik
|
:
:
|
Praktek Kayu
…………………………………………….
|
Tanggal
|
|||||||
LEMBAR KERJA
|
|||||||||||
|
|||||||||||
DAFTAR
PUSTAKA
1. Course
Note, Konstruksi Kayu I, Bandung, Edisi 1983.
2. Course
Note, Pedoman Konstruksi Kayu, Bandung,
Edisi 1982.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar